Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo-Gibran Unggul Telak di Quick Count, Media Asing Senggol Hubungannya dengan Soeharto

Prabowo-Gibran unggul telak di beberapa hasil hitung cepat quick count hingga Kamis, 15 Februari 2024 pagi WIB.
Capres nomor urut dua Prabowo Subianto menyampaikan pendapat saat adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Capres nomor urut dua Prabowo Subianto menyampaikan pendapat saat adu gagasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Prabowo-Gibran unggul telak di beberapa hasil hitung cepat quick count hingga Kamis, 15 Februari 2024 pagi WIB.

Berdasarkan quick count Poltracking, Prabowo-Gibran mendapatkan 59.35% suara. Angka tersebut kemudian disusul oleh Anies dan Cak Imin dengan 24.37%.

Sementara pasangan Ganjar-Mahfud hanya mendapatkan 16.28% suara. Sebagai informasi, suara tersebut diambil berdasarkan data masuk yang sudah mencapai 95.67%.

Mengacu pada alasan ini, bukan hanya Indonesia yang geger, media asing pun demikian. Bahkan, beberapa media asing menyoroti masa lalu Prabowo yang dianggap kelam.

Misalnya saja Easy Bay Time yang mengatakan bahwa pemilu Indonesia telah memenangkan mantan Jenderal yang pernah terkait dengan pelanggaran HAM di masa lalu.

"Seorang mantan jenderal yang terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu mengklaim kemenangan pada pemilihan presiden Indonesia pada hari Rabu, sebuah hasil yang akan menimbulkan pertanyaan tentang komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi di negara kepulauan yang luas dan merupakan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia," tulis mereka.

Kemudian Time, pada Kamis (14/2/2024) menyoroti Prabowo Subianto, dengan menyebutnya ‘mantan jenderal yang pernah dilarang memasuki Amerika Serikat (AS) atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia’ yang akan menjadi Presiden Indonesia berikutnya. 

Time menuturkan bahwa hal ini juga menjadi pertanda era ketidakpastian baru, bagi demokrasi Indonesia yang masih baru. 

Prabowo juga dijelaskan sebagai sosok yang terkenal sebagai panglima militer pada masa pemerintahan mantan Presiden Soeharto yang memerintah dari 1967 hingga 1998.

Disebutkan pula bahwa di bawah rezim represif Soeharto, Prabowo adalah salah satu pemimpin yang otoriter. 

Senggol hubungan dengan Soeharto

Bukan hanya soal masa lalu Prabowo, namun beberapa media internasional juga meyoroti hubungan Prabowo dengan Presiden kedua Indonesia, Soeharto.

"Subianto, yang pernah dilarang memasuki Amerika Serikat selama dua dekade karena catatan hak asasi manusianya, adalah seorang jenderal angkatan darat pada masa brutal kediktatoran Soeharto, yang berakhir lebih dari 25 tahun yang lalu di kepulauan antara Samudera Pasifik dan Hindia," tulis mereka.

Sejak jatuhnya Soeharto pada tahun 1998, Prabowo akan menjadi presiden pertama yang memiliki hubungan kekerabatan langsung dengan pria yang memerintah Indonesia dengan tangan besi selama 32 tahun tersebut. 

Putri Soeharto, Siti Hediati, dan Prabowo pernah menikah. Mereka disebut pernah berpisah pada tahun 1998, tahun ketika Prabowo dikeluarkan dari militer, dan ketika Soeharto jatuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper