Bisnis.com, JAKARTA — Calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mendorong lahirnya gerakan revitalisasi ASEAN. Menurut Ganjar, langkah ini diperlukan agar negara-negara Asia Tenggara ini bisa lebih taktis dalam mengambil keputusan.
Langkah tersebut perlu dilakukan untuk menahan gempuran kekuatan global, terutama rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok. Indonesia harus berperan lebih di kawasan Asia Tenggara maupun di Indo-Pasifik.
Deputi Politik 5.0 Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Andi Widjajanto mengatakan, saat ini Indonesia berada di tengah-tengah rivalitas antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang terjadi di kawasan Indo-Pasifik. Agar negara dapat bertahan di rivalitas antar kedua negara tersebut, politik "Bebas Aktif" perlu diimplementasikan, yang secara esensi sendiri berarti negara dapat aktif menjaga perdamaian kawasan dan aktif berinteraksi di fora internasional.
“Dengan berbekal politik yang "Bebas-Aktif", negara dapat membentuk kerja sama dengan negara-negara kekuatan melalui middle power arrangement; melalui ini diharapkan Indo-Pasifik akan menjadi kawasan yang lebih stabil dan damai,” ujar Andi.
Hal ini dikemukakan menanggapi pernyataan Ganjar yang menegaskan Indonesia harus berperan lebih di ASEAN sehingga pengambilan keputusan di kawasan tersebut lebih cepat dilakukan.
Ganjar menyebutkan, selama ini pengambilan keputusan di ASEAN sangat rumit. Keputusan tersebut membutuhkan konsensus bersama, sehingga membuat ASEAN kurang bisa bergerak secara cepat dan taktis.
Mantan gubernur Jawa Tengah dua periode itu mencontohkan sengkarut di Laut Cina Selatan. Dia bilang, ASEAN yang berhadapan dengan Tiongkok di Laut Cina Selatan mengalami kompleksitas dalam pengambilan keputusan.
“Karena itu, saya akan mendorong revitalisasi ASEAN. Bagaimana pengambilan keputusan di sana tidak rumit,” kata Ganjar dalam debat ketiga capres yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1).
Terkait penyelesaian konflik Laut Cina Selatan, ia pun menyarankan dilakukan kesepakatan sementara. Upaya ini dinilainya penting untuk menjaga kedaulatan laut Indonesia.
Konflik Laut Cina Selatan yang belum menemukan titik temu selama puluhan tahun, disebut Ganjar, memunculkan risiko tinggi. Terlebih konflik Laut Cina Selatan melibatkan banyak negara dan berpotensi membenturkan berbagai kekuatan, termasuk Tiongkok.
“DoC (Declaration of Conduct) dan CoC (Code of Conduct) Laut Cina Selatan selama 20 tahun lebih belum selesai,” ungkapnya.
Atas dasar itulah, Ganjar mendorong agar Indonesia mempelopori kesepakatan sementara untuk meredam konflik di kawasan tersebut. “Indonesia bakal dilihat berperan besar,” jelas Ganjar.