Komitmen Serius Ganjar-Mahfud Perkuat Sektor Kesehatan: Program 1 Desa 1 Pukesmas hingga Pengentasan Stunting

Penguatan sektor kesehatan menjadi salah satu pekerjaan rumah presiden dan wakil presiden berikutnya.
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut tiga Ganjar Pranowo (depan kiri) dan Mahfud MD (depan kanan) berdiri sebelum debat perdana Capres dan Cawapres 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Debat perdana tersebut mengangkat topik yang diangkat adalah masalah pemerintahan, hukum HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, serta peninngkatan layanan publik dan kerukunan warga. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/app/YU
Pasangan Capres-Cawapres nomor urut tiga Ganjar Pranowo (depan kiri) dan Mahfud MD (depan kanan) berdiri sebelum debat perdana Capres dan Cawapres 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023). Debat perdana tersebut mengangkat topik yang diangkat adalah masalah pemerintahan, hukum HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, serta peninngkatan layanan publik dan kerukunan warga. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/app/YU

Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan sektor kesehatan menjadi salah satu pekerjaan rumah presiden dan wakil presiden berikutnya.

Pasangan calon capres dan cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo - Mahfud MD berkomitmen untuk membangun minimal 1 puskesmas di setiap desa, lengkap dengan nakes atau dokternya.

Penguatan sektor kesehatan dari perdesaaan menjadi langkah penting untuk mempercepat pembangunan manusia Indonesia unggul yang berkualitas, produktif, dan berkepribadian.

"Rakyat harus mudah mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Memetakan kebutuhan penyediaan ataupun revitalisasi puskesmas di setiap desa. Disertai dengan ketersediaan dokter, tenaga kesehatan, dan obat esensial, serta percepatan digitalisasi layanan kesehatan (telemedicine)," tulis Ganjar-Mahfud dalam visi misinya.

Selain itu, paslon usungan koalisi PDIP juga akan menyediakan layanan Konsul Keliling (KOLING) oleh tenaga kesehatan yang akan memberikan pelayanan dan pendataan status kesehatan hingga asistensi rujukan.

Mereka juga menjanjikan penguatan kesehatan mental dengan menyediakan layanan nomor darurat 24 jam 7 hari seminggu yang bebas biaya serta membentuk lembaga komunikasi krisis untuk menangani masalah kesehatan mental.

Ganjar dan Mahfud juga menjanjikan perluasan dan kemudahan layanan kesehatan melalui BPJS Kesehatan. Mereka akan menetapkan standard waktu pelayanan pasien mulai dari pendaftaran, pemeriksaan oleh dokter, hingga penebusan obat baik di posyandu, puskesmas, juga rumah sakit.

Lebih lanjut, Ganjar-Mahfud juga memiliki concern terhadap persoalan kekerdilan (stunting) yang harus segera dientaskan. Sebagai bagian dari program terkait kesehatan jiwa dan raga, Ganjar-Mahfud menyoroti pentingnya peningkatan kesehatan bagi ibu dan anak. 

Pasangan ini menawarkan program dukungan gizi dan akses layanan kesehatan selama masa kehamilan dan menyusui serta menawarkan program kesehatan untuk 1.000 hari pertama dan pasokan gizi untuk anak hingga usia 5 tahun. 

"Dengan target prevalensi tengkes [stunting] di bawah 9%, serta ibu dan ayah menjadi penjaga kesehatan keluarga," dikutip dari visi misi 'Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari'.

Tak berhenti di sana, Ganjar menilai bahwa perhatian dan penanganan terhadap ibu mengandung sampai mereka melahirkan merupakan kunci untuk mencegah stunting. 

Oleh karena itu, bidan, tenaga kesehatan, perangkat desa, dan seluruh pihak harus terlibat saling memantau dan membantu dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. 

"Sebelum menikah, pada saat menikah dan mulai hamil, ada pemantauan. Maka ketika kemudian sehat insyaAllah tidak akan terjadi stunting itu," ujar Ganjar dalam kampanyenya di Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Jumat (1/12/2023).

Berdasarkan catatan Bisnis, prevalensi stunting telah menurun pesat dalam 1 dekade terakhir, dan akan terus diturunkan hingga mencapai target 14% pada 2024. 

Untuk mencapai itu, penanganan stunting harus menggunakan kacamata sistem kesehatan secara menyeluruh. Prevalensi tengkes atau stunting pada 2013 masih berkutat di 36,8%. 

Hampir satu dekade setelahnya, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 prevalensi stunting turun hingga ke 21,6%. 

Namun demikian, pemerintah menghadapi tantangan besar untuk bisa mencapai target prevalensi stunting ke 14%, yang harus tercapai pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper