Bisnis.com, JAKARTA - Penampilan Gibran Rakabuming Raka dalam debat kedua Pilpres 2024 mengundang sejumlah komentar.
Salah satu komentar yang paling banyak diserukan netizen adalah kemiripan Gibran dengan Jokowi. Hal itu terlihat dari gaya Gibran menyampaikan argumennya dalam debat cawapres pada Jumat (22/12/2023).
Selain itu, Gibran juga ingin melanjutkan visi-misi Jokowi seperti melakukan pembangunan di luar Pulau Jawa, IKN, dan program hilirisasi dalam negeri.
Berikut ini 4 potret kemiripan Gibran dengan Jokowi selama debat cawapres:
1. Teruskan Warisan Jokowi
Cawapres Gibran Rakabuming Raka dinilai mirip dengan Presiden Jokowi karena ingin melakukan pembangunan nasional tidak Jawa Sentris.
Gibran menjelaskan dirinya bersama Prabowo ingin melakukan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia, hingga ke pelosok.
Baca Juga
"Kita akan melakukan pemerataan pembangunan, tidak ada lagi Jawa sentris, tetapi semua harus rata," tutur Gibran di sela-sela Debat Cawapres di Jakarta, Jumat.
Wali Kota Solo itu juga ingin melanjutkan warisan megaproyek IKN. Menurutnya, IKN akan membawa pertumbuhan ekonomi baru.
"Pemerataan pembangunan itu wajib sekarang investasi yang ada di luar Jawa sudah ada 53%. Pembangunan IKN yang berkelanjutan ini akan membuka titik pertumbuhan ekonomi baru,"
Menurutnya, kehadiran IKN juga akan menimbulkan lapangan kerja baru hingga menjadi simbol pemerataan pembangunan nasional.
2. Gaya debat
Salah satu hal yang paling disorot dari Gibran yakni gaya debatnya yakni dinilai sangat mirip dengan Jokowi.
Hal ini terlihat dari penggunaan-penggunaan istilah asing untuk menggocek lawan.
Pada debat cawapres Jumat (22/12) malam, Gibran berhasil membuat bingung Mahfud MD dengan kata "carbon trade.
Bahkan Cak Imin juga kebingungan saat menjawab pertanyaan Gibran karena tidak mengerti istilah yang dilontarkan.
Hal ini sempat dikomentari oleh Hanum Salsabiela Rais di akun X-nya pada Kamis (21/12).
"Pak @cakimiNOW & @mohmahfudmd hati-hati pertanyaan Gibran nanti kemungkinan besar sifatnya menjebak dengan melempar pertanyaan di luar pemahaman kebanyakan terhadap istilah yang masih non-populer. Persis @jokowi saat bertanya 'TPID' di 2014 & Unicorn di 2019. Tujuannya hanya mempermalukan," tulis Hanum.