Bisnis.com, MALUKU UTARA – Harita Nickel (NCKL) ikut memajukan kehidupan nelayan di Pulau Obi. Seiring kegiatan operasional pertambangan dan pengolahan nikel, para nelayan didampingi untuk menjadi pemasok kebutuhan konsumsi karyawan perusahaan.
Program ini masuk dalam corporate social responsibility (CSR). Melalui CSR, perusahaan diminta untuk membantu dan mengembangkan potensi masyarakat di sekitarnya untuk ikut ‘naik kelas’.
Panji Setyadi, Community Development Superintendent Harita Nickel memaparkan, program pemberdayaan untuk pemasok ikan dan nelayan di sekitar Pulau Obi mulai dilakukan secara intensif pada 2020 lalu.
Dia mengatakan, hingga saat ini Harita Nickel telah melakukan pembinaan dan pendampingan kepada 2 kelompok nelayan yang ada di Desa Kawasi, Pulau Obi. Perusahaan juga melakukan pembinaan ini terhadap beberapa desa lain di Pulau Obi seperti Soligi dan lainnya.
Panji menuturkan, salah satu tujuan pembinaan para nelayan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bagi para karyawan Harita Nickel yang bekerja di daerah tersebut. Dia menjelaskan, sebuah vendor kantin yang ada di fasilitas produksi NCKL umumnya membeli sekitar 1 ton ikan per pekannya dari para pemasok binaan perusahaan.
"Sebelumnya, mereka [vendor] banyak mengambil ikan dari luar Maluku," kata Panji saat ditemui Tim Jelajah EV di Kawasi, Pulau Obi, Maluku Utara pada Rabu (6/12/2023).
Baca Juga
Dia menuturkan, pembinaan kepada para nelayan dan pemasok ikan salah satunya dilakukan dengan memberikan pendidikan terkait quality control terhadap hasil tangkapan. Para pemasok dibina agar dapat menjaga kualitas dan kesegaran ikan dari saat ditangkap, pembersihan, hingga penjualan kepada para vendor.
“Kami juga melakukan beberapa tes seperti tes boraks, formalin, dan histamin sehingga keamanan dan kualitas hasil tangkapan itu layak dikonsumsi. Artinya, kualitas pasca tangkap nelayan ini terus kami perbaiki,” kata Panji.
Dalam proses pembinaan tersebut, NCKL juga memberikan beberapa fasilitas untuk mendukung kegiatan para nelayan dan pemasok ikan. Panji menuturkan, Harita Nickel telah membangun rumah produksi ikan yang digunakan untuk tempat pembersihan hasil tangkapan para nelayan.
Selain itu, para pemasok juga diberikan box storage berkapasitas 2 ton untuk menyimpan ikan hasil tangkapan sebelum diproses dan dibersihkan. Mereka juga mendapatkan generator sebagai sumber tenaga untuk box storage tersebut.
Melalui pembinaan ini, Harita Nickel juga menjaga harga jual ikan agar dapat menguntungkan baik untuk para nelayan maupun vendor. Panji mengatakan, nilai transaksi ikan ke vendor kantin per kilogramnya adalah sekitar Rp30.000.
Para nelayan Pulau Obi biasanya sanggup menyetor hingga 1 ton per pekan kepada setiap vendor, sedikitnya mereka mengantongi Rp30 juta setiap minggu. “Dan di kami, tiap perusahaan mempunyai kantin dengan vendor berbeda, setidaknya ada beberapa kantin yang harus dipasok,” kata Panji.
Dia menambahkan, saat ini para nelayan dan supplier binaan Harita Nickel memasok kebutuhan ikan untuk empat entitas perusahaan, Yakni PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF), PT Halmahera Persada Lygend, PT Terimegah Bangun Persada, serta PT Megah Surya Pratiwi (MSP).
Salah satu pemasok ikan binaan Harita Nickel, La Mulyadi Usman mengatakan program pendampingan yang dilakukan perusahaan memiliki dampak positif terhadap usahanya. Mulyadi menjelaskan, sebelum adanya program pembinaan, dia hanya menjual hasil tangkapannya kepada masyarakat sekitar.
Setelah dia menjadi nelayan dan pemasok ikan, kini dirinya dapat menjual hasil usahanya dan beberapa nelayan pada kelompoknya langsung ke Harita Nickel melalui vendor-vendor kantin yang ada.
“Dulu itu hanya dijual ke orang-orang sekitar saja. Sekarang sudah bisa dijual ke perusahaan sesuai permintaan vendor, biasanya sekitar 1 sampai 1,5 ton per minggunya,” jelas Mulyadi.
Mulyadi melanjutkan, biasanya hasil tangkapan yang dicari oleh para vendor cukup beragam. Namun, dia menyebut beberapa ikan yang selalu dicari di antaranya adalah tuna, lolosi, dan lainnya.