Bisnis.com, JAKARTA – Kelompok ISIS mengaku menjadi dalang pengeboman saat misa Katolik di Filipina pada hari Minggu (2/12/2023). Sedikitnya empat orang tewas dan 50 orang terluka dalam serangan tersebut.
Melansir Reuters, Senin (4/12/2023), serangan itu terjadi di sebuah gedung olahraga universitas di Marawi, sebuah kota di bagian selatan Filipina yang dikepung oleh kelompok militan Islamis selama lima bulan pada tahun 2017.
Kelompok ISIS, yang memiliki pengaruh di bagian selatan Filipina, mengatakan melalui Telegram bahwa anggotanya telah meledakkan bom tersebut.
Sebelumnya pada hari Minggu, sebelum klaim ISIS, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengutuk "tindakan tidak masuk akal dan paling keji yang dilakukan oleh teroris asing". Polisi dan militer memperkuat keamanan di bagian selatan negara itu dan di sekitar Manila.
Di Roma, Paus Fransiskus memanjatkan doa bagi para korban dalam pidato hari Minggu, dan dalam pesan tertulisnya yang terpisah, ia memohon agar seluruh orang di dunia berbalik meninggalkan kekerasan dan mengalahkan setiap kejahatan dengan kebaikan.
Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro mengatakan operasi penegakan hukum untuk mengadili para pelaku kegiatan teroris akan terus berlanjut.
Baca Juga
“Ada indikasi kuat adanya unsur asing dalam pengeboman tersebut,”kata Teodoro seperti dikutip Reuters. Namun, dia menolak menjelaskan lebih lanjut agar tidak mengganggu investigasi yang sedang berlangsung.
Pejabat senior polisi Emmanuel Peralta mengatakan pecahan mortir berukuran 60 mm ditemukan di tempat kejadian ledakan tersebut.
Ledakan di Marawi, ibukota provinsi Lanao del Sur, terjadi setelah serangkaian operasi militer terhadap kelompok-kelompok pro-ISIS di Filipina selatan.
Salah satu serangan pada hari Minggu di Lanao del Sur menewaskan seorang pemimpin kelompok Dawlah Islamiya-Maute.
"Ada kemungkinan bahwa apa yang terjadi pagi ini adalah serangan balasan," kata Kepala Angkatan Bersenjata Filipina, Romeo Brawner, dalam sebuah konferensi pers.
Maute yang terkait dengan ISIS merebut Marawi pada Mei 2017, dan berusaha menjadikannya sebagai "wilayat" atau wilayah kekuasaan ISIS di Asia Tenggara.