Bisnis.com, JAKARTA – Israel kembali membombardir kawasan Jalur Gaza, Palestina dari wilayah udara, laut, dan darat usai berakhirnya gencatan senjata dengan pasukan Hamas beberapa hari lalu.
Melansir Reuters pada Minggu (3/12/2023), pengeboman terkonsentrasi di Khan Younis dan Rafah. Warga sipil Palestina mencari perlindungan seiring dengan rumah sakit yang berjuang untuk mengatasi korban luka yang kian bertambah.
Pemboman ini terjadi menyusul terhentinya gencatan senjata selama tujuh hari antara pasukan Israel dan militan Hamas pada Jumat (1/12/2023) lalu. Gencatan senjata itu memungkinkan terjadinya pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina.
Gencatan senjata ini dilakukan meskipun terdapat seruan dari Amerika Serikat (AS), sekutu terdekat Israel, agar Israel menghindari kerugian lebih lanjut bagi warga sipil Palestina.
Menurut Biro Statistik Palestina, lebih dari 15.400 orang terbunuh akibat pemboman Israel dalam gelombang perang baru antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober lalu. Sekitar 1.200 warga Israel tewas dan lebih dari 200 disandera dalam serangan itu.
Israel mengatakan bahwa mereka akan memusnahkan Hamas karena dianggap sebagai ancaman eksistensial terhadap keberadaan negara Yahudi itu. Perang saat ini disebut telah menjadi episode paling berdarah dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Baca Juga
Sementara itu, penduduk Gaza mengatakan bahwa mereka khawatir serangan darat Israel di wilayah selatan akan kembali terjadi. Tank-tank dikabarkan telah memotong jalan antara Khan Younis dan Deir Al-Balah di Gaza bagian tengah, yang secara efektif membagi Jalur Gaza menjadi tiga wilayah.
Militer Israel mengeluarkan pernyataan yang memerintahkan warga Palestina untuk segera mengevakuasi setengah lusin wilayah di dalam dan sekitar Khan Younis. Mereka memasang peta yang menyoroti tempat perlindungan yang harus mereka tuju di sebelah barat Khan Younis dan selatan menuju Rafah, di perbatasan dengan Mesir.
Namun, warga Palestina mengatakan bahwa daerah-daerah yang diperintahkan untuk mereka datangi malah diserang. Menurut warga, tank-tank Israel menembaki sektor timur Rafah pada Minggu pagi. Belum ada komentar langsung dari Israel mengenai perkembangan tersebut.
Hampir tidak ada tempat lagi bagi para pengungsi di wilayah selatan setelah ratusan ribu orang melarikan diri dari invasi darat Israel di wilayah utara wilayah kantong tersebut.
“Sebelumnya, kami sering bertanya pada diri sendiri apakah kami akan mati atau tidak dalam perang ini, namun dalam dua hari terakhir sejak hari Jumat, kami khawatir ini hanya masalah waktu saja,” kata Maher, 37 tahun, yang berbicara kepada Reuters melalui telepon.
Adapun, para pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan warga Palestina mengatakan bahwa sulit untuk mengindahkan perintah evakuasi Israel karena akses internet yang tidak merata dan tidak adanya pasokan listrik secara teratur.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu lalu bahwa Israel sedang berkoordinasi dengan AS dan organisasi internasional untuk menentukan “daerah aman” bagi warga sipil Gaza.