Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan penyakit pernapasan atau pneumonia misterius di negaranya berhasil dikendalikan secara efektif oleh pihak berwenang, pada Rabu (29/11/2023).
Menurutnya, penyakit pernapasan yang terjadi di China baru-baru ini adalah masalah umum yang juga dihadapi oleh semua negara.
"Baru-baru ini kita melihat sejumlah kasus flu di kalangan anak-anak di wilayah tertentu di China. Faktanya, ini adalah fenomena yang sangat umum di banyak negara, dan di China, hal ini sudah dapat dikendalikan secara efektif," katanya, kepada PBB di New York, saat dia memimpin sidang Dewan Keamanan PBB mengenai konflik Israel-Hamas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta China memberikan informasi lebih rinci mengenai peningkatan penyakit pernapasan dan laporan kelompok orang dan anak-anak yang mengalami pneumonia, pekan lalu.
Melansir CNA, namun seorang pejabat WHO mengatakan bahwa lonjakan penyakit di China tidak setinggi sebelum pandemi Covid-19 pada Senin (27/11/2023). Pejabat itu juga menegaskan kembali bahwa tidak ada patogen baru atau tidak biasa yang ditemukan dalam kasus-kasus pernapasan di China baru-baru ini.
“Interaksi China dengan komunitas internasional tidak akan terpengaruh oleh faktor apapun, dan kami menyambut lebih banyak kunjungan dari teman-teman dari seluruh dunia,” ujar Wang Yi.
Baca Juga
Baik China maupun WHO menghadapi pertanyaan tentang transparansi pelaporan kasus-kasus awal Covid-19 yang muncul di kota Wuhan di China Tengah pada akhir 2019.
Seperti diketahui, otoritas kesehatan China mengaku belum mendeteksi adanya patogen yang tidak biasa atau baru, saat memberikan data yang diminta WHO mengenai peningkatan penyakit pernapasan dan laporan kelompok pneumonia pada anak-anak.
Data menunjukkan peningkatan ini terkait dengan pencabutan pembatasan Covid-19 serta peredaran patogen yang diketahui seperti Mycoplasma pneumoniae, yaitu infeksi bakteri umum yang biasanya menyerang anak-anak dan telah beredar sejak bulan Mei lalu.
Influenza, virus pernapasan syncytial (RSV) dan Adenovirus telah beredar sejak Oktober lalu. WHO tidak menyarankan perjalanan dan perdagangan karena telah memantau situasi yang terjadi dengan pihak berwenang.