Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Yayasan Tarumanagara Profesor Ariawan Gunadi berpendapat bahwa lulusan kedokteran di Indonesia harus banyak ditempatkan di daerah-daerah yang membutuhkan layanan kesehatan.
Hal ini juga didorong oleh pencabutan moratorium pembukaan program studi kedokteran oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada Desember 2022.
"Makanya, mudah-mudahan kebijakannya bisa menyesuaikan supaya lulusan itu makin banyak di daerah-daerah. Jangan semua sentralistik ke Jakarta. Semua maunya ke Jakarta atau ke kota," katanya saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia di Karet Tengsin, Jakarta Pusat pada Selasa (28/11/2023).
Menurutnya, meskipun jumlah dokter dan tenaga kesehatan di daerah-daerah sudah mulai banyak, namun perlu ditingkatkan agar mobilitas dokter dan pelayanan kesehatan bisa menjangkau pelosok, sehingga masyarakat tak perlu jauh-jauh ke pusat.
"Supaya nanti mobilitasnya dan servisnya bisa banyak di daerah. Jadi [masyarakat] yang perlu dokter tidak sampai ke pusat," terang profesor di bidang ilmu hukum bisnis ini.
Dirinya kemudian menyebut bahwa masyarakat dapat belajar dari pandemi Covid-19 terkait pentingnya kebutuhan akan dunia medis.
Baca Juga
"Kan menjadi penting, perawat, alat-alat medis, dokter, dan sebagainya. Apalagi di daerah daerah banyak kebutuhan-kebutuhan terhadap dokter, keperawatan dan sebagainya," lanjutnya.
Mengenai hal ini, Yayasan Tarumanagara yang menaungi Universitas Tarumanagara (Untar) dan Rumah Sakit Royal Taruma juga memiliki kebutuhan langsung akan lulusan kedokteran yang berkualitas.
"Yayasan kami memiliki universitas dan rumah sakit, tentu kita sangat membutuhkan lulusan kedokteran. Akan tetapi, kita harus menghormati ada kebijakan pemerintah yang mungkin ingin menjaga kualitas [lulusan] supaya tidak asal, sehingga bisa applied di masyarakat," pungkas Ariawan.