Bisnis.com, JAKARTA – Survei terbaru Charta Politika menunjukkan Gibran Rakabuming Raka cenderung menjadi beban elektoral untuk Prabowo Subianto. Isu politik dinasti dan sentimen anti Presiden Joko Widodo (Jokowi) diyakini menjadi alasan utamanya.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menjelaskan, fenoma itu terlihat dalam simulasi dua pasangan atau potensi putaran kedua pilpres. Awalnya, dalam simulasi tiga nama terlihat hasil yang tidak jauh berbeda dari survei sebelumnya.
Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (36,8%) dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming (34,7%) bersaing ketat, meninggalkan cukup jauh pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (24,3%).
Menurut Yunarto, hasil lebih menarik dilihat dalam simulasi dua pasangan. Pertama, Ganjar-Mahfud (45,5%) akan unggul apabila melawan Anies-Imin (34,4%).
Kedua, Prabowo-Gibran (50,3%) akan cukup telak apabila melawan Anies-Imin (29%). Ketiga, Prabowo-Gibran (43,5%) unggul tipis apabila melawan Ganjar-Mahfud (40,6%).
“Artinya, terkonfirmasi ada pola yang sama bahwa ada kecenderungan di tiga nama tidak banyak berubah, tapi penurunan cukup tajam terhadap Pak Prabowo itu terjadi ketika simulasi dua nama,” jelas Yunarto ketika memaparkan hasil survei secara daring, Senin (6/11/2023).
Baca Juga
Dia menyimpulkan, Prabowo cenderung punya pendukung sendiri yang tidak terlalu terganggu ketika simulasi tiga pasangan. Meski demikian, dalam simulasi dua pasangan atau potensi putaran kedua pilpres, pemilih Anies (jika tidak lolos ke putaran kedua seperti simulasi ketiga) mulai ragu memilih Prabowo.
“Pemilih Mas Anies yang tadinya mayoritas ini memilih Pak Prabowo mulai ragu. Sebagian ke Mas Ganjar tidak banyak, tetapi lebih banyak lagi ke undecided voters [pemilih yang belum menentukan pilihan],” kata Yunarto.
Menurutnya, data itu menunjukkan adanya kekecewaan dari pemilih Anies kepada Prabowo karena memilih putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi)—Gibran Rakabuming—sebagai cawapres pendamping di Pilpres 2024.
“Tidak kaget ya, pemilih Anies cenderung pemilih yang bisa dikatakan anti-Jokowi. Dulu [pemilih Anies] banyak bersinggungan dengan pemilih Pak Prabowo di 2019, mungkin masih memaafkan Pak Prabowo jadi menteri tapi ketika menggandeng anaknya, kena isu politik dinasti dan lain-lain,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Yunarto meyakini Gibran sudah menjadi beban elektoral untuk Prabowo. Dia melihat, jika isu politik dinasti atau ‘Mahkamah Keluarga’ semakin disadari masyarakat maka akan menghalangi Prabowo-Gibran unggul.
“Baik di simulasi dua nama atau tiga nama,” tutup Yunarto.
Survei Charta ini diselenggarakan pada 26 – 31 Oktober 2023 dengan jumlah 2400 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Wawancara responden secara langsung dan dipilih menggunakan metode acak bertingkat, dengan margin of error kurang lebih 2 persen.