Bisnis.com, SOLO - Pertama kali dalam sejarah, Presiden Iran Ebrahim Raisi dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman melakukan panggilan telepon untuk membahas nasib Palestina.
Melansir dari Reuters, keduanya melakukan panggilan telepon sekitar 45 menit untuk membahas konflik yang terjadi antara Israel vs Palestina.
Dalam panggilan itu, mereka juga turut menyinggung persatuan negara-negara Islam yang dinilai harus ikut andil menghentikan perang.
Putra Mahkota Saudi pada bagiannya mengatakan, “Kerajaan melakukan segala upaya yang mungkin dilakukan dalam berkomunikasi dengan semua pihak internasional dan regional untuk menghentikan eskalasi yang sedang berlangsung", kata kantor berita Saudi SPA.
Pihaknya juga menegaskan kembali penolakan Arab Saudi untuk menargetkan warga sipil dengan cara apa pun.
Di sisi lain, media pemerintah Iran melaporkan bahwa para pemimpin menekankan kebutuhan mendesak untuk mengakhiri kejahatan perang yang dilakukan terhadap rakyat Palestina.
Baca Juga
Adapun Arab Saudi dan Iran sepakat untuk melanjutkan hubungan pada Maret berdasarkan kesepakatan yang dinegosiasikan oleh China setelah tujuh tahun bermusuhan, yang telah mengancam stabilitas dan keamanan di Teluk dan membantu memicu konflik di Timur Tengah, dari Yaman hingga Suriah.
Tudingan AS terhadap Iran
Sebelumnya, serangan Hamas terhadap Israel dituding oleh Amerika Serikat (AS) sebagai upaya untuk "menyabotase" hubungan Washington dengan Arab Saudi.
Iran disebut-sebut berada di balik serangan Hamas ke Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Namun hal ini langsung dibantah oleh seorang penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, yang menegaskan pihaknya hanya mendukung Palestina untuk bebas.
Mengutip ISNA, Teheran menegaskan bahwa serangan dadakan Hamas adalah inisiatif sendiri dan pihaknya tidak terlibat dalam rencana tersebut.
"Langkah tegas yang diambil oleh Palestina merupakan pertahanan yang sepenuhnya sah terhadap pendudukan yang menindas selama tujuh dekade dan kejahatan keji yang dilakukan oleh rezim Zionis yang tidak sah," kata misi Iran di PBB dalam pernyataannya, mengutip dari Reuters.