Bisnis.com, JAKARTA - Para alumni Universitas Harvard mengecam pernyataan pro-Palestina para mahasiswa yang menyalahkan Israel atas kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut dan mendesak pihak universitas untuk mengambil Tindakan.
Gerakan kelompok militan Hamas, yang menguasai daerah kantong Palestina di Gaza, menyerang Israel pada hari Sabtu (7/10/2023). Israel pun membalas dengan serangan udara ke Gaza, yang menyebabkan ribuan orang di Israel dan Gaza telah terbunuh.
Sebuah koalisi yang terdiri dari 34 organisasi mahasiswa Harvard mengatakan bahwa mereka "menganggap rezim Israel bertanggung jawab penuh atas semua kekerasan yang terjadi" setelah puluhan tahun pendudukan, dan menambahkan bahwa "rezim apartheid adalah satu-satunya yang harus disalahkan."
Organisasi-organisasi yang menandatangani surat tersebut termasuk kelompok-kelompok pendukung muslim dan Palestina, serta organisasi-organisasi lain yang memiliki latar belakang yang berbeda, termasuk Harvard Jews for Liberation dan Organisasi Perlawanan Afrika-Amerika.
"Sangat sedih dengan kematian dan kehancuran yang diakibatkan oleh serangan Hamas yang menargetkan warga Israel akhir pekan ini,” ujar Presiden Harvard Claudine Gay dan para pimpinan senior termasuk 15 dekan pada hari Senin (9/10/2023) dikutip dari Reuters.
Namun pernyataan tersebut tidak merujuk langsung pada surat mahasiswa atau reaksi terhadapnya.
Baca Juga
Harvard adalah universitas yang paling berpengaruh dalam politik Amerika Serikat (AS), yang telah menghasilkan delapan mantan presiden dan empat dari sembilan hakim agung saat ini.
Presiden Harvard Lawrence Summers, mantan Menteri Keuangan AS di bawah Presiden Bill Clinton dari Partai Demokrat dan mantan rektor universitas tersebut, merupakan salah satu dari beberapa lulusan Harvard yang mengkritik kepemimpinan Harvard saat ini karena tidak memberikan tanggapan.
"Kebungkaman dari kepemimpinan Harvard telah membuat Harvard terlihat netral terhadap aksi teror terhadap negara Yahudi Israel," tulis Summers di platform media sosial X.
"Saya muak."
Meskipun universitas secara tradisional telah menjadi benteng kebebasan berbicara dan ide-ide radikal, surat mahasiswa tersebut mengejutkan kalangan politik.
Elise Stefanik, seorang anggota parlemen AS dari Partai Republik dari New York dan lulusan Harvard, menyebut pernyataan tersebut "menjijikkan dan keji" karena membenarkan "pembantaian perempuan dan anak-anak yang tidak bersalah."
Senator AS dari Partai Republik, Ted Cruz, lulusan Harvard Law School, menulis di media sosial X: "Apa yang salah dengan Harvard?" (Andy Repi)