Bisnis.com, JAKARTA – Mediator Qatar telah mengadakan panggilan darurat dengan pejabat Hamas, sebagai upaya negosiasi pembebasan perempuan dan anak-anak Israel yang ditawan Hamas dengan imbalan pembebasan 36 perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan Israel di penjara.
Melansir Reuters pada Senin (9/10/2023), menurut seorang sumber, perundingan yang dilakukan Qatar melalui koordinasi dengan Amerika Serikat (AS) sejak Sabtu (7/10/2023) malam tersebut berjalan positif, tetapi belum menunjukkan jalan keluar.
Qatar telah menghubungi para pejabat Hamas di Doha dan Gaza usai serangan roket diluncurkan dari Gaza pada Sabtu (7/10/20230, yang dilanjutkan dengan penyerbuan kota-kota dan pelarian puluhan sandera. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 700 warga Israel.
Menurut sumber itu, jumlah sandera perempuan dan anak-anak Israel yang ditawarkan Hamas untuk ditukar dengan 36 tahanan perempuan dan anak-anak Palestina tersebut belum jelas.
Adapun rincian mengenai negosiasi yang berfokus pada pembebasan 36 warga Palestina dari penjara Israel juga belum pernah dilaporkan sebelumnya.
Jumlah sandera Israel yang ditahan di Gaza juga masih belum jelas, tetapi Hamas diyakini melakukan penyanderaan wanita, anak-anak, orang lanjut usia dan tentara pada serangan Sabtu lalu.
Baca Juga
Seorang pejabat Palestina mengatakan kepada Reuters bahwa Qatar dan Mesir telah melakukan kontak dengan Hamas, tetapi intensitas pertempuran membayangi setiap potensi jalan keluar yang ada.
Menurut dua sumber keamanan Mesir, Mesir telah melakukan kontak dekat dengan Israel dan Hamas untuk mencoba mencegah eskalasi konflik lebih lanjut dan untuk memastikan perlindungan para sandera Israel.
Mesir telah mendesak Israel untuk menahan diri dan Hamas untuk menjaga tawanannya dalam kondisi baik, agar tetap membuka kemungkinan deeskalasi konflik, meskipun serangan Israel di Jalur Gaza membuat mediasi menjadi sulit.
Sumber yang telah diberitahu mengenai perundingan yang dipimpin Qatar mengatakan kepada Reuters, "Belum ada kesepakatan mengenai logistik atau mekanisme untuk pelepasan tersebut."
Belum ada tanggapan terhadap permintaan komentar yang dikirim ke Kementerian Luar Negeri Qatar, Hamas, atau Departemen Luar Negeri AS. Namun, kantor Perdana Menteri Israel mengatakan tidak ingin berkomentar.
Israel mengatakan pihaknya akan bertindak untuk membebaskan para sandera, dengan berpegang pada prinsip lama yaitu tidak meninggalkan tahanan.
Namun, pilihan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyerang Hamas atas serangan mereka ke Israel dapat dibatasi oleh kekhawatiran terhadap banyaknya warga Israel yang ditangkap dalam serangan tersebut, karena Israel mungkin tengah menghadapi krisis penyanderaan terburuk yang pernah terjadi.
Israel telah membalas serangan Hamas dengan pemboman terberat yang pernah terjadi di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 400 orang. Mereka kemungkinan sedang mempertimbangkan serangan darat terhadap wilayah yang ditinggalkannya hampir dua dekade lalu itu.
Adapun, Qatar memiliki jalur komunikasi langsung dengan Hamas. Utusan Qatar sebelumnya membantu menengahi gencatan senjata antara kelompok Islam tersebut dan Israel.
Qatar baru-baru ini menjadi sorotan diplomasi global, setelah menjadi tuan rumah perundingan selama lebih dari satu tahun antara Amerika Serikat dan Iran, yang berujung pada pertukaran tahanan dan pencairan dana.
Meskipun basis kekuatan Hamas berada di Gaza, beberapa pemimpinnya berbasis di Qatar serta negara-negara Timur Tengah lainnya.