Bisnis.com, JAKARTA - Serangan Hamas terhadap Israel mendorong harga minyak lebih tinggi pada Senin (9/10/2023) karena pasar memperhitungkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah. Israel menggempur daerah kantong Palestina di Gaza sebagai pembalasan atas salah satu serangan paling berdarah dalam sejarahnya.
Serangan dari kelompok Islamis Hamas menewaskan 700 warga Israel. Selain itu, mereka menculik puluhan warga Israel lainnya ketika mereka menyerang kota-kota Israel pada hari Sabtu (7/10/2023). Serangan Hamas akhir pekan lalu paling mematikan ke dalam wilayah Israel sejak serangan Mesir dan Suriah pada perang Yom Kippur 50 tahun silam.
Sebagai balasannya, serangan udara Israel menghantam blok-blok perumahan, terowongan, sebuah masjid dan rumah-rumah pejabat Hamas di Gaza pada Minggu (8/10/2023). Serangan Israel tersebut menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk 20 anak-anak, sesuai dengan janji Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan pembalasan dendam yang dahsyat".
Dengan demikian, total koran jiwa akibat perang Hamas vs Israel yang baru berlangsung dalam 3 hari sudah menembus 1.100 jiwa.
"Harga yang harus dibayar oleh Jalur Gaza adalah harga yang sangat mahal yang akan mengubah realitas selama beberapa generasi," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant di kota Ofakim seperti dikutip dari Reuters, Senin (9/10/2023).
Baca Juga
Harga Minyak Naik
Kekerasan tersebut memicu volatilitas di pasar global pada hari Senin, dengan kekhawatiran akan kemungkinan gangguan pada pasokan dari Iran, membantu mendorong minyak mentah Brent naik US$4,18, atau 4,94 persen, menjadi $88,76 per barel pada pukul 01.20 GMT di perdagangan Asia.
Iran merupakan sekutu Hamas dan meskipun Iran mengucapkan selamat kepada Hamas atas serangan tersebut, utusannya untuk PBB mengatakan bahwa Teheran tidak terlibat dalam serangan tersebut.
Setiap reli harga minyak yang berkelanjutan akan menjadi pajak bagi konsumen dan menambah tekanan inflasi global, yang membebani ekuitas karena S&P 500 berjangka turun 0,7 persen dan Nasdaq berjangka turun 0,6 persen.
Di luar Gaza yang diblokade, pasukan Israel dan milisi Hizbullah Lebanon yang didukung Iran saling bertukar tembakan artileri dan roket, sementara di Mesir, dua turis Israel ditembak mati bersama seorang pemandu.
Seruan untuk menahan gencaran senjata datang dari seluruh dunia. Meskipun negara-negara Barat sebagian besar mendukung Israel, sementara Presiden Iran Ebrahim Raisi menelepon pemimpin Hamas untuk mengucapkan selamat atas "kemenangan" dan Hizbullah serta para pengunjuk rasa di berbagai negara Timur Tengah memuji Hamas.
Di Israel selatan pada hari Minggu (8/10/2023), orang-orang bersenjata Hamas masih bertempur melawan pasukan keamanan Israel lebih dari 24 jam setelah serangan mendadak mereka yang terdiri dari rentetan roket dan kelompok-kelompok bersenjata yang menyerbu pangkalan-pangkalan militer dan menyerbu kota-kota perbatasan.
"Dua anak perempuan saya yang masih kecil, mereka masih bayi. Mereka belum genap berusia lima tahun dan tiga tahun," kata Yoni Asher yang menceritakan bahwa dia melihat video orang-orang bersenjata Palestina yang menangkap istri dan dua anak perempuannya yang masih kecil setelah ia membawa mereka mengunjungi ibunya.
Uri David mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa ia menghabiskan waktu 30 menit berbicara di telepon dengan kedua putrinya, Tair dan Odaya, selama serangan terjadi hingga mereka tidak lagi meresponsnya dan ia tidak tahu nasib mereka.
"Saya mendengar suara tembakan, teriakan dalam bahasa Arab, saya menyuruh mereka berbaring di tanah dan berpegangan tangan," katanya sambil menangis.