Bisnis.com, JAKARTA - Serangan mendadak oleh kelompok Palestina Hamas terhadap Israel mungkin menjadi salah satu kegagalan terbesar oleh intelijen Israel sejak Perang Yom Kippur 1973. Apa penyebabnya?
Sebelumnya, mantan duta besar AS untuk Israel dan anggota di Dewan Hubungan Luar Negeri, Martin Indyk mengungkapkan bahwa dia terkejut serangan tersebut dapat terjadi tanpa adanya deteksi dari Israel atau Amerika Serikat.
Mantan analis CIA Timur Tengah, Emily Harding juga mengutarakan bahwa serangan tersebut yang sudah direncanakan selama berbulan-bulan dinilai mengejutkan, menimbang seberapa mumpuninya badan intelijen israel.
“Sangat mengejutkan bahwa Israel melewatkan perencanaan tersebut,” jelas Harding, yang juga merupakan peneliti senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (8/10/23).
Diketahui bahwa terdapat fakta sederhana bahwa pemerintah Israel sedang merayakan hari libur. Sudah ada juga pertanyaan yang diajukan apakah tentara dan badan intelijen Israel teralihkan oleh perselisihan di dalam negeri.
Sebelumnya, masyarakat Israel telah melakukan protes selama berbulan-bulan terhadap upaya Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu untuk mencabut kekuasaan dari lembaga yudikatif negara.
Baca Juga
Selain itu, Israel juga sedang dalam negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi, mengenai kesepakatan tiga arah yang komplek, dimana AS akan menawarkan jaminan keamanan kepada Arab Saudi.
Peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace Aaron David Miller mengungkapkan bahwa masalah sebenarnya di sini mungkin adalah Israel tidak percaya bahwa Hamas akan mengambil risiko infiltrasi melintasi perbatasan.
"Kurangnya pasukan Israel yang memadai di daerah itu adalah kegagalan yang menyedihkan,” ungkap Miller, yang juga merupakan mantan negosiator Timur Tengah di Departemen Luar Negeri AS.
Menurut seorang staf Kongres AS, pihaknya akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit mengingat bahwa agen intelijen Israel dan Amerika Serikat seharusnya dapat diharapkan untuk mendeteksi serangan sebesar ini.
Kegagalan ini kemudian semakin mencolok, dengan menimbang bahwa layanan keamanan Israel mengalokasikan sumber daya yang besar untuk memantau masyarakat Palestina termasuk Hamas, melalui jaringan sumber daya manusia, serta teknologi pengawasan.
Sebagai catatan, serangan Hamas kali ini melibatkan puluhan infiltrasi melalui darat dan laut dan bersama dengan serangan roket, yakni serangan canggih yang telah melibatkan jenis perencanaan dan koordinasi yang seharusnya dapat diungkapkan oleh badan intelijen.
Pihak pejabat Israel juga mengatakan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk mengetahui apa yang salah dan menolak untuk dibandingkan dengan kejadian pada 1973.