Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ragam Strategi Negara Asia Lepas dari 'Kepungan' Polusi Udara

Dari India hingga Thailand, berikut cara negara tetangga Asia lepas dari cengkraman polusi udara
POLUSI JAKARTA HARI INI. Suasana Monumen Nasional (Monas) dan gedung bertingkat dengan diselimuti polusi udara di Jakarta, Minggu (27/8/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
POLUSI JAKARTA HARI INI. Suasana Monumen Nasional (Monas) dan gedung bertingkat dengan diselimuti polusi udara di Jakarta, Minggu (27/8/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Permasalahan polusi udara yang mengkhawatirkan di ibu kota nampaknya belum juga teratasi.

Memburuknya kualitas udara di Jakarta didukung oleh indeks kualitas udara AQI US yang mencapai 176, mengutip data IQAir, Rabu (30/8/2023), pukul 07.30 WIB. Indeks kualitas udara ini mengalami peningkatan dari hari sebelumnya yang berada di angka 155 AQI US.

Polusi udara terus menjadi persoalan lingkungan terbesar yang hingga kini, penyebab polusi udara Jakarta masih menjadi perdebatan. Mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hingga asap dari kendaraan bermotor.

Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah mulai mengambil beberapa langkah, seperti modifikasi cuaca, mengurangi PLTU batu bata, pembagian jam kerja, transportasi publik, dan kendaraan listrik. Namun, permasalahan kualitas udara tampaknya tak kunjung membaik.

Tidak hanya di Indonesia, permasalahan mengenai kualitas udara yang buruk juga terjadi di negara tetangga seperti India, Thailand, dan China.

Berikut beragam cara negara Asia tetangga menyelesaikan persoalan polusi udara

India

Menurut Laporan Kualitas Udara Dunia 2021 yang dirilis oleh perusahaan teknologi kualitas udara Swiss, IQAir, Delhi telah menjadi ibu kota yang paling tercemar selama empat tahun berturut-turut, dengan tingkat polusi udara lebih dari 10 kali lipat dari tingkat aman yang ditentukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tujuh bulan pada tahun 2021.

Partikulat berukuran 2,5 mikrometer atau lebih kecil (PM2.5) adalah salah satu polutan udara yang paling berbahaya, dan konsentrasinya di kota-kota di India termasuk yang tertinggi di dunia. Partikel-partikel ini berasal dari berbagai sumber seperti mesin mobil, pembangkit listrik, proses industri, dan konstruksi.

Untuk mengatasi masalah udara ini, pemerintah India menutup pembangkit listrik tenaga batu bara terakhir di dekat New Delhi dan melarang beberapa sumber bahan bakar yang sangat kotor. Mereka juga menghapus izin lingkungan untuk proyek-proyek konstruksi hingga 50.000 meter persegi, atau 540.000 kaki persegi.

Selain itu, di berbagai simpang jalan yang menjadi pusat kemacetan di New Delhi ditempatkan tanaman berjajar menyerupai dinding yang ditujukan unruk menghalau polusi.

Seiring dengan berkurangnya polusi udara PM2.5 di India antara tahun 2017 dan 2022, Uttar Pradesh mengalami penurunan sebesar 38 persen, sementara Maharashtra mengalami penurunan tingkat polusi PM2.5 yang paling sedikit.

Thailand

Beberapa daerah di Bangkok dihadapkan pada polusi udara PM2.5, dengan 60% polutan berasal dari mobil bermesin diesel, 35% dari pembakaran terbuka, dan 5% karena penyebab lainnya. Sumber-sumber emisi ini menjadi tantangan utama yang perlu diatasi.

Selain itu, kondisi meteorologi udara yang tenang dan angin yang tenang telah membuat partikel debu terperangkap di udara. Situasi ini dapat menjadi lebih parah jika tidak ada perencanaan solusi yang efisien untuk masa depan.

Mengutip laman The Nation, Rabu (30/8/2023), Gubernur kota Chadchart Sittipunt merancang sebuah proyek dengan mengkolaborasikan sektor publik dan swasta untuk menurunkan polusi PM2.5 di kota dan menciptakan udara yang lebih bersih dan sehat.

Chadchart mengatakan bahwa proyek ini mencakup kampanye penanaman pohon di seluruh kota, mengganti kendaraan umum bertenaga bahan bakar fosil dengan kendaraan listrik, dan meneliti sumber debu halus di kota untuk merumuskan langkah-langkah yang efektif.

Gubernur mengatakan bahwa jika setiap penduduk Bangkok menanam satu pohon di halaman rumah mereka, maka kota ini akan memiliki 5 juta pohon untuk menyerap polusi. Selain itu, dia mengatakan bahwa kendaraan listrik juga akan menurunkan emisi secara signifikan.

Dia juga mengatakan bahwa kota ini akan menyewa lahan milik pihak swasta untuk membangun taman-taman umum yang tidak hanya membantu menyerap debu tetapi juga berfungsi sebagai area rekreasi bagi masyarakat setempat.

Menyadari pentingnya memperbaiki polusi udara PM2.5, Bangkok Metropolitan Administration (BMA), telah menetapkan banyak kebijakan untuk mengamati dan memantau polusi secara real time melalui stasiun pengukuran PM2.5.

Tujuannya adalah untuk memantau, melaporkan, dan mengumumkan situasi polusi udara PM2.5, serta menyatukan upaya untuk menyelesaikan masalah secara tepat waktu. Jika PM2.5 melebihi standar kualitas udara ambien Thailand, pusat akan memberi tahu kantor distrik di daerah tersebut dan instansi terkait untuk segera mengambil tindakan.

Menurut jaringan kerja sama untuk memecahkan masalah PM2.5 (Desember - April), jumlah PM2.5 di Bangkok secara bertahap menurun. Rata-rata tahunan PM2.5 di wilayah Bangkok pada tahun 2018 adalah 27 µg/m3. Angka ini berkurang menjadi 26 µg/m3 pada tahun 2019.

China

Pada tahun 2013, informasi tentang PM2.5 menambah laporan tahunan Tiongkok tentang keadaan lingkungannya. Laporan Kementerian Ekologi dan Lingkungan menunjukkan bahwa tingkat PM2.5 rata-rata di seluruh negeri telah turun dari 72 mikrogram (μg) per meter kubik pada tahun 2013 menjadi 30 μg/m3 pada tahun 2021. Hal ini menunjukkan penurunan sebesar 58% dan peningkatan besar dalam kualitas udara.

Polusi udara di China bukan hanya menewaskan lebih dari 1,1 juta ora setiap tahunnya, namun juga merugikan negara karena kerugian tahunan akibat gagal panen yang disebabkan oleh polusi.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah melarang pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru dan menutup sejumlah pembangkit listrik di wilayah yang paling tercemar, termasuk kelompok kota Beijing-Tianjin-Hebei, Delta Pearl, dan Yangtze.

Kota-kota besar seperti Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou juga membatasi jumlah mobil di jalan raya dan mulai memperkenalkan armada bus listrik. Selain itu, negara ini juga mengurangi kapasitas pembuatan besi dan baja serta menutup tambang batu bara.

Pemerintah juga memperkenalkan program penghijauan dan reboisasi yang agresif seperti Tembok Hijau Besar dan menanam lebih dari 35 miliar pohon di 12 provinsi.

Sejak tahun 2013, polusi di negara ini telah menurun sekitar 40 persen, dan sekitar 50 persen di Beijing berkat "perang melawan polusi". Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perjuangan Cina melawan polusi udara telah mendapat pencapaian luar biasa dalam harapan hidup negara tersebut. Rata-rata warga negara sekarang dapat berharap untuk hidup 2,4 tahun lebih lama jika penurunan polusi udara terus berlanjut.(Kresensia Kinanti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper