Bisnis.com, JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui riset kolaborasi terbarunya, mengungkap bahwa diversifikasi makanan pokok selain beras dapat menjadi kunci ketahanan pangan di Indonesia.
Hal ini disampaikan pada webinar bertajuk Integrated Platform to Promote Staple Food Diversification yang diselenggarakan Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN pada Jumat (4/8/2023).
Acara dihadiri Sastia Prama Putri selaku profesor dari Universitas Osaka, Jepang; Drajat Mardjanto dari Institut Pertanian Bogor (IPB); serta Yudhistira Nugraha selaku Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, sebagai narasumber.
“Kita selalu bangga karena Indonesia disebut sebagai negara dengan megabiodiversitas, sayangnya ini tak tercerminkan dalam keanekaragaman makanan kita,” ujar Sastia.
Dia menekankan bahwa tingginya konsumsi beras di Indonesia justru meningkatkan risiko diabetes di Tengah masyarakat secara umum.
Risetnya sendiri fokus mendorong diversifikasi makanan pokok selain beras dengan aplikasi metabolomik, yakni analisis menyeluruh terhadap metabolit dalam suatu sistem biologis, sehingga dapat diperoleh alternatif pangan yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga
Sementara, Drajat menjelaskan perihal pentingnya kedaulatan dan keamanan pangan masyarakat. Agar hal ini tercapai, menurutnya, perlu integrasi aksi politik, aksi institusional, dan juga program yang jelas.
“Tingkat keamanan pangan Indonesia terbilang mengkhawatirkan, dari 113 negara, kita berada di tengah-tengah. Ini jelas perlu diperbaiki,” paparnya.
Lebih lanjut, Yudhistira memaparkan tentang potensi pemanfaatan genetik lokal untuk mendorong keberagaman makanan pokok selain beras. Dalam temuannya, terdapat jenis makanan pokok yang tingkat konsumsinya rendah, seperti umbi-umbian, kacang-kacangan, serta buah-buahan.
“Kita perlu mengeksplorasi makanan-makanan lokal ini dan memanfaatkannya dengan basis ilmu pengetahuan, agar ketahanan pangan dapat tercapai,” pungkasnya.