Bisnis.com, JAKARTA - Para pejabat China dan Rusia berdiri berdampingan dengan Presiden Korea Utara Kim Jong Un saat meninjau rudal berkemampuan nuklir terbaru ciptaan Korea Utara beserta drone teranyar di parade militer di Pyongyang.
Parade yang telah ditunggu-tunggu ini akhirnya dilaksanakan dalam memperingati 70 tahun berakhirnya Perang Korea. Korut menyebutnya sebagai "Hari Kemenangan" ini sangat dinantikan secara luas di Ibu Kota.
Kunjungan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu merupakan yang pertama dari pihak pejabat tinggi pertahanan Moskow sejak runtuhnya Uni Soviet tahun 1991. Adapun, pengunjung China merupakan delegasi pertama negara tersebut sejak pandemi Covid-19.
Penampilan China dan Rusia di acara-acara terkait rudal nuklir Korea Utara tersebut dilarang oleh Dewan Keamanan PBB. Saat Beijing dan Moskow berusaha menjauhkan diri dari pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik tetangga menandai kontras pada tahun-tahun sebelumnya,.
Berdasarkan foto-foto media pemerintah Korea Utara, Kim Jong Un, Shoigu dan anggota Politbiro Partai Komunis China Li Hongzhong berbicara, tertawa dan memberi hormat satu sama lain. Kehadiran mereka dikelilingi oleh pasukan Korea Utara yang berbaris beserta senjata mereka.
Dalam rangkaian parade menurut media KCNA yang dikutip dari Reuters (27/7/2023), diyakini memiliki jangkauan untuk menyerang sasaran di manapun di Amerika Serikat. Hal itu dikarenakan rudal balistik antarbenua terbaru yaitu Hwasong-17 dan Hwasong-18 yang diciptakan oleh Korea Utara.
Baca Juga
"Acara tersebut juga menampilkan flyover dengan serangan baru dan drone mata-mata," lapor KCNA.
Kim Jong Un mengadakan resepsi dan makan siang dengan Shoigu, dimana pemimpin Korea Utara bersumpah solidaritas dengan rakyat Rusia dan militernya. Shoigu memuji militer Korea Utara sebagai yang terkuat di dunia, dan keduanya membahas kerjasama keamanan dan pertahanan strategis, kata Media KCNA.
Pada pertemuan lain, Shoigu membacakan pidato ucapan selamat dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang berterima kasih kepada Korea Utara atas dukungannya selama "operasi militer khusus" di Ukraina, lapor media pemerintah.
Washington menuduh Pyongyang menyediakan senjata ke Rusia untuk upaya perangnya di Ukraina. Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel mengatakan bahwa AS "sangat khawatir" tentang hubungan antara Moskow dan Pyongyang.
Pyongyang dan Moskow membantah melakukan transaksi senjata.
"Drone pengintai baru dapat digunakan untuk mensurvei target secara real time, melakukan penilaian kerusakan dalam perang dan secara umum meningkatkan kesadaran situasional strategis," kata Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.
Pada Desember, lima drone Korea Utara menyeberang ke Selatan, mendorong militer Seoul untuk mengerahkan jet tempur dan helikopter, serta meningkatkan tindakan anti-drone di fasilitas utama, termasuk kantor kepresidenan.
Drone serang baru akan digunakan secara terbatas dalam perang di Semenanjung Korea mengingat kerentanan mereka terhadap pertahanan anti-pesawat, tetapi "Korea Utara mungkin berusaha menawarkan drone ini kepada pelanggan eksternal," kata Panda.
Drone itu termasuk di antara senjata yang ditampilkan di pameran senjata yang dikunjungi Kim dan Shoigu minggu ini di Pyongyang, menurut foto-foto media pemerintah.