Elektabilitas Ganjar Tertinggal
Ganjar yang memimpin jajak pendapat pada awal tahun, kini tertinggal dari calon lawannya Prabowo dalam survei sejak Mei 2023.
“Presiden sebelumnya mengatakan harus ada strategi besar untuk menopang kampanye Ganjar, baik dari segi komunikasi publik maupun dalam membangun visi Ganjar sendiri,” kata Hasto.
Jajak pendapat oleh Indikator Politik pada Minggu (23/7/2023) yang berfokus pada suara anak muda menemukan bahwa Prabowo unggul 36,8 persen dari Ganjar yang meraup 35,7 persen. Mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan, tetap di peringkat ketiga dengan 21,5 persen.
Namun, survei tersebut menemukan bahwa jika terjadi pertarungan dua arah antara kandidat teratas, Prabowo jelas unggul atas Ganjar, 49,5 persen berbanding 40,9 persen.
Terlepas dari spekulasi yang sedang berlangsung atas dukungan Jokowi, kedua saingan itu difoto bersama pada hari Senin (24/7/2023) di sebuah unggahan Instagram yang dibagikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir.
Prabowo dan Suara Anak Muda
Menurut Indikator Politik, jajak pendapat menunjukkan Prabowo mendapat dukungan 36,8 persen responden, unggul tipis dari Ganjar yang meraup 35,7 persen, sementara Anies meraup 21,5 persen.
Dilansir dari The Diplomat, Survei Indikator terbaru menunjukkan mantan Panglima Kopassus itu mengungguli Ganjar yang muda dan karismatik.
Sebuah survei yang dirilis awal bulan ini oleh Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan Prabowo memimpin untuk pertama kalinya, dengan rating 34,3 persen, mengungguli Ganjar (32,7 persen) dan Anies (22,1 persen).
Namun, yang mencolok dari survei Indikator adalah bahwa survei ini sangat condong ke pemilih yang lebih muda, dengan lebih dari 60 persen responden berusia di bawah 42 tahun.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sampel yang akurat tentang demografi kaum muda Indonesia.
Menurut data elektoral Indonesia yang dikutip Reuters, lebih dari separuh pemilih terdaftar, sekitar 107 juta orang, berusia di bawah 40 tahun. Hasilnya, menunjukkan bahwa Prabowo akhirnya dapat dijangkau setelah gagal mengungguli Jokowi pada 2014 dan 2019.
Menurut pengamat politik dari The Diplomat, Sebastian Strangio, sulit untuk tidak melihat kemiripan samar-samar antara kegagalan Prabowo dan kesuksesan yang dinikmati oleh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., yang meraih kemenangan besar dalam pemilu tahun lalu.
Kemenangan tersebut mengakhiri upaya selama puluhan tahun untuk merehabilitasi citra keluarganya dan mengenyampingkan ingatan publik tentang korupsi skala besar dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di bawah periode Darurat Militer Marcos Sr.
Laporan baru-baru ini di South China Morning Post, Prabowo mungkin telah belajar dari kekalahan sebelumnya dari Jokowi yang lebih sederhana dan melakukan upaya untuk mengubah citranya menjelang kampanye pemilu berikutnya.
