Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Negara untuk memiliki cadangan pangan yang cukup untuk mengantisipasi ancaman El Nino.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) terkait Peningkatan Produksi dan Hilirisasi Produk Pangan yang diadakan oleh Kepala Negara di Istana Negara, Senin (10/7/2023)
Arief menyebut bahwa fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) atau El Nino ini diminta oleh Kepala Negara agar Negara memiliki cadangan pangan yang cukup dengan memerintahkan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dan Kementerian/Lembaga terkait untuk mengurus strategi yang tepat.
"El Nino itu Agustus, September, jadi sekarang kita siapkan saja semuanya, cadangan pangan ini yang paling penting. Jadi gini, BUMN harus punya cadangan pangan, itu aja, kalau BUMN belum punya cadangan pangan, nanti kita nggak bisa intervensi," imbuhnya.
Dia melanjutkan bahwa hingga Juli 2023, cadangan pangan masih dalam taraf positif. Salah satunya, melalui kebijakan pemerintah mengimpor 2 juta ton beras telah direalisasikan sebanyak 500.000 ton.
“Sampai hari ini kalau kita kalkulasi, masih positif, hanya Presiden minta hati-hati aja, termasuk ini kan kita beras baru mengimpor 500.000, sedangkan 1,5 juta nya belum masuk. Presiden sudah tugaskan agar siap-siap, jangan sampai [antisipasi] nanti terlambat,” ujarnya.
Baca Juga
Dia menjelaskan bahwa El Nino yang diprediksi akan terjadi pada September—Oktober 2023 mengartikan untuk komoditas beras akan ada selisih sekitar 110 atau sekitar 3 bulan untuk melakukan persiapan.
“Oktober—Desember harus hati-hati juga, kemudian Desember 2023—Februari 2024, sehingga waktu cross 2024 kita harus punya cadangan. Jadi, akan ada selisih 110 hari berarti 3 bulan, Oktober, November, Desember. Itu harus hati-hati. Desember, Januari, Februari, sehingga pada waktu cross pada 2024 kita harus punya cadangan, itu yang disiapkan dari sekarang,” tuturnya.
Dia melanjutkan bahwa Jokowi juga memerintahkan Mentan dari partai NasDem itu untuk meningkatkan produksi selama musim tanam saat ini hingga beberapa waktu ke depan. Mengingat kondisi cuaca masih mendukung dengan intensitas hujan yang sering turun.
“Jadi Pak Mentan diminta untuk menggenjot produksi, jadi mumpung masih ada hujan, kemudian boleh tanam, sehingga 110 hari kemudian kita masih punya beras,” katanya di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (10/7/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa dalam rata situ Jokowi juga meminta Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk memenuhi cadangan beras nasional dengan menyerap produksi petani dalam negeri. Adapun, saat ini kebijakan pemerintah mengimpor 2 juta ton beras telah direalisasikan sebanyak 500.000 ton.
“Pak Budi Waseso sebagai Dirut Bulog ditugaskan untuk menyerap produksi petani. Untuk back up nya yang 2 juta ton sudah diputuskan untuk direct impor, itu baru terealisasi 500.000 ton, yang 700.000 ton kemarin itu diambil dari panen dalam negeri,” tandas Arief.
Sekadar informasi, Presiden Jokowi mengundang sejumlah menteri pada hari ini, Senin (10/7/2023), mulai dari Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Bapanas, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, dan Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso.