Bisnis.com, JAKARTA – Krisis Kelaparan di Ethiopia semakin parah. Banyak warga harus mengemis makanan dari pintu ke pintu lainnya demi mendapatkan makanan. Krisis ini semakin menjadi setelah
Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghentikan pengiriman bantuan pangan terhadap Ethiopia, mengikuti langkah serupa oleh Amerika Serikat.
Lantas, apa yang yang memicu penghentian bantuan makanan tersebut?
Melansir Reuters, Kamis (22/6/2023), WFP pada awal bulan Juni memutuskan untuk menghentikan bantuan karena maraknya pencurian donasi di Ethiopia, padahal terdapat lebih dari 20 juta orang yang membutuhkan bantuan pangan.
Hal tersebut disebabkan oleh kekeringan yang terjadi selama beberapa dekade belakangan dan adanya konflik yang menewaskan puluhan ribu orang.
WFP telah membantu 7 juta orang yang terkena dampak kedua krisis tersebut, dengan AS yang sejauh ini menjadi donor terbesar bagi Ethiopia memberikan bantuan kemanusiaan sebesar US$1,8 miliar atau sekitar Rp26,8 triliun pada tahun 2022.
Baca Juga
Keduanya, baik WFP maupun AS tidak memberi keterangan terkait rincian pengalihan dana tersebut.
Namun, sebuah briefing internal oleh sekelompok donor asing, USAID percaya bahwa bantuan pangan telah dialihkan ke unit-unit militer Ethiopia sebagai bagian dari skema yang diatur oleh badan-badan pemerintah federal dan regional.
"Perhatian utama kami adalah jutaan orang kelaparan yang bergantung pada dukungan kami, dan tim kami akan bekerja tanpa lelah dengan semua mitra untuk melanjutkan operasi kami sesegera mungkin," ujar Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain dalam sebuah pernyataan.
Menurut keterangan McCain, menerima niat baik pemerintah Ethiopia yang bertekad menyelidiki pencurian bantuan tersebut.
Meskipun demikian, WFP menjelaskan bahwa bantuan berupa nutrisi untuk anak-anak, wanita hamil dan menyusui, program makanan sekolah, kegiatan untuk membangun ketahanan petani serta penggembala akan tetap berlanjut.
Sementara itu, pihak bantuan AS dan WFP menghentikan bantuan pangan ke wilayah utara Tigray yang merupakan lokasi perang saudara selama dua tahun dan berakhir dengan gencatan senjata pada November lalu, dengan mengatakan bahwa sejumlah besar bantuan telah dialihkan dan dijual.