Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Capres Sudah Mengerucut, Kenapa Cawapres Belum Jelas?

Dosen FISIP Universitas Islam menganalisis alasan para bakal capres belum mengumumkan nama bakal cawapres.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) menyematkan peci kepada calon Presiden 2024 yang diajukan PDI Perjuangan Ganjar Pranowo (kanan) disaksikan Presiden Joko Widodo (kiri) di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023). PDI Perjuangan resmi menetapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024. ANTARA FOTO/Monang
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) menyematkan peci kepada calon Presiden 2024 yang diajukan PDI Perjuangan Ganjar Pranowo (kanan) disaksikan Presiden Joko Widodo (kiri) di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/4/2023). PDI Perjuangan resmi menetapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024. ANTARA FOTO/Monang

Bisnis.com, JAKARTA - Dosen FISIP Universitas Islam Syekh Yusuf (Unis) Adib Miftahul menilai partai politik (parpol) masih saling menunggu dan melihat perkembangan politik, sehingga belum ada yang berani mengumumkan pasangan calon presiden maupun wakil presiden (capres-cawapres). 

Adib menjelaskan, nama bakal capres sudah mengerucut tigpada a nama yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Masalahnya elektabilitas ketiga calon itu saling bersaing.

Oleh sebab itu, dia merasa nama cawapres akan sangat menentukan kemenangan pasangan calon (paslon) yang akan bertanding pada Pilpres 2024

"Sehingga apa? Mereka membutuhkan pendamping yang betul-betul juga bisa menjadi goal getter dalam mendongkrak suara," jelas Adib kepada Bisnis, Rabu (21/6/2023).

Bakal capres dan parpol pun sangat berhati-hati menentukan cawapres. Mereka memilih menunggu langkah lawannya sebelum mengambil langkah sendiri.

"Semua aktor politik khususnya tiga orang itu dan parpol pengusung masih wait and see [menunggu dan melihat], ibarat main catur, siapa mau ambil siapa dan kita harus imbangi pakai siapa," ujar Adib.

Direktur Eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) ini tak heran apabila belum ada nama cawapres yang mengerucut--tidak seperti nama capres.

"Ini pertanda bahwa masing-masing capres ini kekuatannya tidak berbeda jauh," ucapnya.

Apalagi masing-masing parpol juga membuka ruang untuk saling bermanuver. Dia mencontohkan pertemuan antara Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Minggu (18/6/2023).

Meski PDIP dan Demokrat usung capres yang berbeda namun kedua tetap melakukan pertemuan. Dengan begitu, penentuan capres-cawapres masih cair.

"Tidak ada musuh yang abadi, tidak ada teman yang abadi. Hanyalah sebuah kepentingan transaksional dalam berpolitik. Ini jelas dalam politik kita," ungkap Adib.

Dia mengakui bahwa masing-masing parpol ingin memanfaatkan efek ekor jas dengan mengusung kader atau tokoh pegangannya sebagai cawapres. Meski demikian, Adib merasa faktor tersebut tak akan terlalu jadi penentu sebab elektabilitas ketiga capres tak berbeda jauh.

Dia meyakini pada akhirnya parpol atau koalisi parpol akan lebih mementingkan kemenangan daripada efek ekor jas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper