Bisnis.com, JAKARTA - Jusuf Wanandi, salah satu penggagas lembaga Center For Strategic and International Studies (CSIS), tiba-tiba bersuara soal pemilihan presiden (Pilpres) 2024, yang sebaiknya diikuti dua pasang calon presiden (Capres).
Menurut Jusuf Wanandi, ada koalisi kuat yang bakal mencegah jika ada lebih dari tiga paslon dalam Pilpres 2024. "Koalisi pemerintah akan berupaya mencegah tiga paslon," kata Jusuf seperti dikutip dari Kompas TV.
Lebih lanjut, Jusuf Wanandi mengatakan, jika ada tiga paslon bakal membuka peluang 2-1. “Karena tiga nama itu selalu membuka kesempatan 2-1, dan siapa yang menjadi nomor 2 itu kan berbeda,” jelasnya.
Pernyataan Jusuf Wanandi itu viral dan menjadi perdebatan di media sosial. Pernyataan itu dianggap akan menjegal Anies Baswedan sebagai capres kandidat Partai Nasdem, Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera.
Seperti diketahui, saat ini ada tiga nama capres yang bakal mengikuti Pilpres 2024, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Pengamat Politik Rocky Gerung pun berkomentar mengenai pernyataan Jusuf Wanandi tersebut. Menurutnya, CSIS berupaya memainkan peran dalam Pilpres 2024, setelah think tank Orde Baru tersebut selama ini 'tenggelam' dari ingar-bingar publik.
Baca Juga
"Ini merupakan sinyal, bagi mereka yang kurang sekuler dan kurang Indonesia akan disingkirkan. CSIS itu memang pemain politik. Dia berusaha menggeliat, isu tentang dua capres semacam geliat kecil, tapi taktis untuk masuk menjadi pengaturan politik," ujarnya.
Dia menilai, sebagai think tank Orde Baru CSIS tidak dapat disebut netral. "Modal mereka kelompok konglomerat basis dari ekonomi etnis China. Ini tidak mau rasis, tapi dasar pembentukan begitu."
Selain itu, dia menduga CSIS senggaja membocorkan ide-ide Jokowi, sehingga memudahkan dalam menggolkan capres 2 pasangan calon. "CSIS mencoba membocorkan ide-ide Jokowi, seperti Machiavelli cara-caranya ini. Positifnya ada informasi lebih awal bahwa akan ada 2 capres, negatifnya kalua 2 capres di-backup CSIS," tegasnya.
Sosok Jusuf Wanandi dan CSIS
Jusuf Wanandi lahir pada 15 November 1937 dengan nama Liem Bian Kie. Dia adalah aktivis dan peneliti senior di Indonesia. Kakak dari Sofjan Wanandi, pemilik bisnis Gemala Group, ini adalah salah satu pendiri dan anggota Dewan Penyantun CSIS.
Lembaga pemikir Orde Baru ini berperan aktif dalam melahirkan gagasan yang menjadi kebijakan era Soeharto. Seperti dikutip dari situs CSIS, lembaga ini bermula dari diskusi dan kegiatan pada 1960-an yang dilakukan secara mandiri oleh dua kelompok sarjana Indonesia.
Kelompok intelektual itu itu terdiri dari sejumlah mahasiswa pascasarjana Indonesia yang belajar di luar negeri dan aktivis di Indonesia. "Mengingat gejolak di Indonesia pada saat itu, keduanya yakin bahwa perhatian yang diberikan terhadap studi strategis dan internasional di Indonesia masih kurang," demikian tulis situs itu.
Selanjutnya, CSIS didirikan pada 1 September 1971. CSIS mendapat dukungan dari almarhum Jenderal Ali Moertopo dan Soedjono Hoemardani, asisten pribadi Presiden Soeharto yang baru terpilih. Pendanaan disokong dari Yayasan Proklamasi .
Jusuf Wanandi sempat menjadi anggota MPRS (1968-1972), anggota MPR (1972-1977), Direktur Eksekutif CSIS (1986), dan Gubernur East-West Centre, Honolulu, Hawaii, AS.
Dalam wawancara dengan Kompas TV, Jusuf Wanandi sempat menyampaikan bahwa saat Pilpres 2004 mendukung pasangan Megawati-Prabowo. Dia berseberangan dengan adeknya, Sofyan Wanandi yang mendukung SBY-JK.