Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Rusia menuduh pernyataan para pemimpin Grup Tujuh (G7) penuh dengan bahasa "anti-Rusia dan anti -China".
Dilansir dari nhk.or.jp, kementerian itu merilis sebuah pernyataan pada Minggu (21/5/2023) setelah KTT G7 di Hiroshima, Jepang Barat, ditutup.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa G7 secara harfiah terpaku pada konfrontasi komprehensif dengan Rusia.
Pernyataan kementerian itu menegaskan bahwa Amerika Serika (AS) berupaya membuat G7 mengambil alih fungsi-fungsi markas besar untuk mengatur skala dan waktu pasokan militer Barat ke Ukraina.
Dokumen tersebut mengatakan bahwa para pemimpin G7 gigih menunjukkan niat mereka untuk memberi "kekalahan strategis" kepada Rusia.
Dalam referensi kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang melakukan perjalanan ke Jepang dan mengadakan pembicaraan dengan anggota G7 dan para pemimpin lainnya, pernyataan tersebut mengatakan bahwa G7 membawa pemimpin rezim Kyiv ke KTT dan mengubah pertemuan tersebut menjadi "pertunjukan propaganda."
Baca Juga
Dokumen tersebut menyebut bahwa G7 berusaha untuk memenangkan negara-negara non-Barat ke sisinya untuk menghambat perkembangan hubungan mereka dengan Rusia dan China.
Namun dokumen tersebut menekankan bahwa G7 tidak dapat mencerminkan kepentingan kawasan Asia-Pasifik, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, atau Amerika Latin.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut dipilihnya Hiroshima sebagai tempat KTT G7 merupakan hal "sinis dan menghujat".
Pernyataan itu menyatakan bahwa Jepang dan AS menolak untuk mengakui tanggung jawab mereka atas apa yang disebut Rusia sebagai "perang agresif" di Timur Jauh dan pengeboman atom di kota-kota Jepang yang "biadab".