Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Singapura mengecam serangan konvoi Asean yang memberi bantuan kemanusiaan di Myanmar pada hari Senin (8/5/2023). Sampai saat ini, masih belum diketahui siapa di balik insiden tersebut.
Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah mengatakan bahwa pihak di balik insiden yang terjadi di Kotapraja Hsi Hseng di Negara Bagian Shan Barat tersebut masih belum diketahui.
Sebelumnya, diketahui bahwa Myanmar telah terjebak dalam pusaran kekerasan dan kekacauan ekonomi, sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih pada 2021 dan meluncurkan kampanye brutal untuk menumpas perbedaan pendapat.
Kemudian, serangan militer yang semakin intens dan bentrok dengan gerakan perlawanan bersenjata di seluruh negeri telah memicu seruan, termasuk dari tetangga Myanmar di Asean, untuk mengakhiri konflik dan memperbolehkan akses bantuan kemanusiaan.
Kronologi Penyerangan
Diketahui bahwa konvoi bantuan tersebut diserang di jalan antara Ibu Kota Negara Bagian Shan, Taunggyi dan Kotapraja Hsihseng di selatan.
Kotapraja sendiri berjarak sekitar 128 kilometer (80 mil) timur laut ibu kota Myanmar, Naypyitaw. Daerah tersebut merupakan bagian dari zona yang dikelola sendiri oleh etnis minoritas Pa-O.
Baca Juga
Konvoi tersebut dilaporkan sedang dalam perjalanan menuju pertemuan dengan Tentara Pembebasan Nasional Pa-O (PNLA). Organisasi tersebut adalah organisasi etnis bersenjata yang berbasis di daerah tersebut, tentang pemberian bantuan kepada warga sipil yang terlantar secara internal.
Televisi pemerintah MRTV melaporkan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh “teroris”. Namun laporan tersebut tidak menyebutkan organisasi apa yang menjadi “teroris”.
Perlu diketahui, pemerintahan militer menggunakan istilah “teroris” untuk berbagai kekuatan yang menentang pemerintahan militer.
Kemudian laporan tersebut menjelaskan bahwa orang-orang bersenjata melepaskan tembakan dengan senjata ringan dan tim keamanan yang menyertai konvoi membalas tembakan. Satu kendaraan keamanan juga diketahui rusak, namun tidak ada seorang pun dalam konvoi yang terluka.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Singapura juga mengatakan bahwa dua anggota staf kedutaan Singapura di Yangon yang merupakan bagian dari konvoi selamat dan telah kembali ke kota.
Serangan tersebut kemudian juga mempersulit para pengungsi karena pemerintah berusaha memperbaiki hubungan dengan negara lain untuk meredakan situasi.
Juru Bicara Pemerintah Persatuan Nasional, Nay Phone Latt mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan aksi yang terkutuk. Serangan ini juga diyakini oleh kelompok yang tidak menginginkan bantuan ini.
“Serangan ini diyakini dilakukan oleh kelompok yang tidak menginginkan bantuan untuk mencapai daerah yang dikuasai PNLO. Hanya dewan militer teroris dan faksi bawahannya yang tidak ingin bantuan kemanusiaan dan diplomat sampai ke PNLO, yang sangat terlibat dalam revolusi melawan pemerintah militer," jelasnya, mengutip pemberitaan dari ABC News (9/5/2023).
Khun Tun Tin, Wakil Ketua Organisasi Pembebasan Nasional Pa-Oh, membenarkan bahwa serangan itu terjadi 8 kilo meter sebelum konvoi tersebut mencapai kantor PNLO di Kotapraja Hsi Hsen. Sekretaris kelompok tersebut berada di dalam konvoi tersebut.