Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah insiden mengenaskan terjadi di Ibu Kota Yaman, Sanaa, yang menyebabkan 78 orang tewas dan puluhan lainnya terluka pada Rabu (19/4/2023) malam waktu setempat.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri kelompok Houthi mengatakan, hal ini bermula saat ratusan orang berbondong-bondong ke sebuah sekolah di Sanaa untuk menerima sumbangan amal yang diberikan oleh pedagang untuk merayakan akhir Ramadhan.
Namun saat mereka berada di dalam sekolah, terjadi penyerbuan yang menyebabkan kekacauan dan kemungkinan menyebabkan beberapa orang terluka atau bahkan tewas.
Mengutip dari BBC, ratusan orang berdesakan untuk menerima pembagian donasi bulan Ramadan sebesar US$9 atau setara dengan Rp134.768 per orang.
Dua orang saksi, Abdel-Rahman Ahmed dan Yahia Mohsen, mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa pasukan Houthi menembakkan senjata ke udara untuk mengontrol kerumunan. Namun tindakan itu justru mengakibatkan ledakan pada kabel listrik hingga memicu kepanikan yang membuat banyak masyarakat terinjak-injak.
Di media sosial pun beredar video yang menunjukkan puluhan mayat tergeletak di tanah, beberapa tidak bergerak dan orang-orang lainnya terlihat membantu puluhan orang terluka untuk dibawa ke rumah sakit terdekat.
Baca Juga
Melalui saluran TV Al Masirah Houthi, pejabat kesehatan senior di ibu kota Yaman Motaher al-Marouni melaporkan setidaknya ada 13 orang yang terluka parah.
Melansir dari Al Jazeera, Juru bicara Kementerian Dalam Negeri mengatakan saat ini mereka telah menahan orang-orang yang bertanggung jawab atas distribusi tersebut dan sedang melakukan investigasi lebih lanjut tentang insiden tersebut.
Sebagai informasi, sejak 2014, kota Sanaa di Yaman berada di bawah kendali pemberontak Houthi setelah mereka berhasil mengusir pemerintah yang diakui secara internasional. Tindakan ini memicu intervensi militer oleh koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi pada tahun berikutnya.
Hal ini pun mengakibatkan konflik berkepanjangan ini telah menewaskan lebih dari 150.000 orang, termasuk warga sipil dan pejuang, dan menciptakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, lebih dari 21 juta orang, atau dua pertiga dari populasi Yaman, saat ini membutuhkan bantuan dan perlindungan dari komunitas internasional.