Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menaruh perhatian penuh atas kebocoran dokumen sensitif karena berisiko serius pada keamanan negara. Sebagian data yang bocor tersebut berisikan informasi rahasia terkait konflik di Ukraina dan analisis sensitif dari sekutu AS.
Kasus yang kini sedang diselidiki oleh Departemen Kehakiman itu, tak diketahui kapan mulai terjadi. Pasalnya, lusinan foto dokumen yang tersebar di sejumlah platform media sosial diduga telah terjadi selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, sebelum dikuitp oleh media massa pada pekan lalu.
"Dokumen-dokumen yang beredar online menimbulkan risiko yang sangat serius bagi keamanan nasional dan berpotensi menyebarkan informasi yang keliru," kata Chris Meagher, Asisten Menteri Pertahanan untuk urusan publik, dilansir dari CNA, Selasa (11/4/2023).
Meagher mengaku pihaknya masih menyelidiki bagaimana kebocoran dokumen terjadi serta ruang lingkup masalahnya.
"Ada langkah-langkah untuk melihat lebih dekat bagaimana jenis informasi ini didistribusikan dan kepada siapa," imbuhnya.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby mengatakan bahwa Presiden Joe Biden telah mengetahui perihal kebocoran dokumen rahasia pada akhir pekan lalu.
Baca Juga
Isi dokumen rahasia yang tersebar
Dokumen yang bocor di antaranya berhubungan dengan Ukraina, seperti informasi tentang pertahanan udara negara hingga upaya internasional untuk membangun kekuatan militernya.
Sementara itu, dokumen lain menunjukkan informasi terkait pengawasan AS terhadap sekutunya. Salah satunya adalah dokumen yang menyebut para pemimpin badan intelijen Israel Mossad mengadvokasi protes domestik terhadap rencana reformasi peradilan yang kontroversial.
Meagher mengatakan bahwa tim Pentagon sedang bekerja untuk menentukan apakah dokumen itu asli. Namun, yang pasti adalah gambar dokumen yang beredar online menunjukkan informasi sensitif.
"Foto tampaknya menunjukkan dokumen yang serupa dalam format yang digunakan untuk memberikan pembaruan harian kepada para pemimpin kami tentang operasi terkait Ukraina dan Rusia, serta pembaruan intelijen lainnya," katanya.
Namun, sambung Meagher, beberapa foto tampaknya telah diubah. Misalnya, dokumen yang menunjukkan bahwa korban dari pihak Ukraina lebih tinggi dari Rusia. Padahal, versi asli, menurut AS, menunjukkan sebaliknya.
Dia juga menegaskan bahwa kebocoran dokumen rahasia ini berisiko membahayakan sumber intelijen AS.
"Pengungkapan materi rahasia yang sensitif dapat memiliki implikasi yang luar biasa tidak hanya untuk keamanan nasional kita, tetapi juga dapat menyebabkan orang kehilangan nyawa," kata Meagher.