Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dokumen Rahasia AS soal Perang Rusia Vs Ukraina Bocor, Pelakunya Rusia?

Dokumen rahasia milik AS soal perang Rusia vs Ukraina bocor ke sejumlah media sosial, diduga Rusia adalah pelakunya.
Seorang prajurit Ukraina duduk di atas kendaraan tempur infanteri (IFV) di tengah invasi Rusia ke Ukraina, dekat kota timur Bakhmut yang dibom di wilayah Donetsk timur, Ukraina, 2 April 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura
Seorang prajurit Ukraina duduk di atas kendaraan tempur infanteri (IFV) di tengah invasi Rusia ke Ukraina, dekat kota timur Bakhmut yang dibom di wilayah Donetsk timur, Ukraina, 2 April 2023. REUTERS/Violeta Santos Moura

Bisnis.com, JAKARTA - Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) menggelar penyelidikan resmi untuk mencari pembocor dokumen rahasia militernya. Seperti diketahui, beberapa dokumen rahasia milik AS bocor ke sejumlah media sosial selama beberapa minggu terakhir.

Bellingcat, outlet berita investigasi independen, mengatakan bahwa dokumen rahasia tersebut pertama kali diunggah pada situs yang diragukan keabsahannya, termasuk saluran Minecraft di Discord.

Selanjutnya, informasi tersebut tersebar di berbagai platform dan aplikasi di media sosial seperti Twitter dan YouTube.

Dokumen tersebut menarik perhatian setelah diunggah secara lebih luas ke papan pengumuman sayap kanan 4Chan dan grup pesan pro-Rusia di aplikasi Telegram.

Melansir Bloomberg, Senin (10/4/2023), kebocoran dokumen awal berfokus pada penilaian AS tentang perang antar Rusia dan Ukraina yang ditulis pada Februari-Maret 2023. Di dalamnya, bahkan terkuak perkiraan jumlah korban dari kedua negara dan alat serta amunisi militer yang dibutuhkan oleh Kyiv pada masa mendatang.

Namun, dilaporkan bahwa terdapat satu dokumen rahasia yang tampaknya telah diubah untuk menurunkan jumlah korban jiwa dari sisi Rusia dan justru membesar-besarkan kasus kematian di Ukraina akibat perang tersebut.

Informasi tersebut membuat beberapa pihak meragukan kebenaran atas surat-surat yang beredar.

Sementara itu, di antara bocoran yang lebih baru, publik turut dikejutkan dengan laporan tentang pengumpulan data intelijen AS mengenai sekutu diplomatiknya, tak terkecuali Ukraina, Korea Selatan, hingga Israel.

Dokumen-dokumen itu juga diduga memaparkan akses ekstensif AS ke intelijen dari dalam pemerintahan Rusia, sebuah informasi yang dapat menimbulkan konsekuensi mengerikan bagi spionase AS pada masa mendatang.

Sebagian besar dokumen tampaknya merupakan foto laporan pengarahan rahasia markas besar Departemen Pertahanan AS, Pentagon, yang terlihat seolah-olah telah dilipat sebelum gambar itu akhirnya diambil dan disebarluaskan di media sosial.

Jika dilihat dari metode peradarannya, informasi itu kemungkinan besar diunggah oleh kelompok yang telah disingkirkan oleh warga AS.

Lantas, apakah dokumen tersebut bisa secara menyeluruh dihapus dari media sosial?

Dengan dokumen yang saat ini telah dibagikan secara luas di internet, sebagian besar pihak menilai bahwa sangat tidak mungkin dokumen tersebut dapat secara menyeluruh dihapus atau disembunyikan.

Salah satu platform media sosial ternama, yakni Twitter bahkan tampaknya tidak berkeinginan untuk menghapus informasi tersebut secara paksa.

Pemilik Twitter Elon Musk juga sempat mengejek gagasan tentang upaya untuk menghapus dokumen dari web dalam sebuah tweet pekan lalu.

Tanggapan Ukraina

Sekutu AS, Ukraina, secara tegas menolak kebocoran dokumen tersebut sebagai disinformasi Rusia.

Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, laporan itu hanyalah fiksi dan menjadi usaha Rusia untuk memengaruhi masyarakat Ukraina, menyebarkan ketakutan, kepanikan, ketidakpercayaan dan keraguan.

"Itu adalah perilaku khas Rusia," tuturnya dikutip Senin (10/4/2023).

Pada saat yang sama, media pemerintah Rusia Sputnik menyebut kebocoran tersebut telah mengungkap perpecahan di AS atas kebijakan yang diambil oleh Presiden AS Joe Biden terkait Ukraina.

Sedangkan sekutu AS lainnya, yaitu Korea Selatan menyebut bahwa pihaknya akan segera membahas masalah tersebut dengan AS.

Meski merasa prihatin dengan kebocoran tersebut, namun para sekutu lebih memilih untuk menekankan keyakinan mereka pada otoritas AS untuk menyelidikinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper