Bisnis.com, JAKARTA - Bulgaria telah memasok senjata ke Ukraina senilai lebih dari US$1 miliar atau Rp15,3 triliun melalui negara lain, selama 2 tahun terakhir.
Portal EURACTIV melaporkan kabar tersebut setelah penyelidikan atas pengiriman senjata ke Ukraina. Mantan Menteri Pertahanan Bulgaria, Velizar Shalamanov mengatakan bahwa sejak sebelum invasi, penjualan senjata dan amunisi tidak langsung ke Ukraina, karena ada praktik transaksi melalui program asing.
"Perusahaan senjata Bulgaria tidak menjual senjata dan amunisi langsung ke pembeli Ukraina karena ada praktik melakukan transaksi semacam itu melalui program asing," tulis di situs berita yang mengutip Shalamanov.
Menurutnya, pengiriman senjata Bulgaria ke Kyiv sebagian besar didanai oleh Inggris, Polandia, dan Amerika Serikat (AS), seperti dilansir dari TASS, Selasa (7/3/2023).
Situs berita itu mengungkapkan, bahwa industri senjata Bulgaria membukukan rekor penjualan senjata kepada pembeli asing pada tahun 2022, khususnya ke Polandia dan Rumania, dan senjata tersebut kemudian dikirim ke Ukraina.
Pabrik senjata terbesar di negara itu melaporkan lonjakan penjualan senjata sebesar 100 persen dengan izin ekspor senjata yang dikeluarkan oleh Bulgaria sejak Februari 2022 senilai €1,1 miliar- €1,3 miliar atau Rp18 triliun-Rp21,3 triliun.
Baca Juga
Pada saat yang sama, Kementerian Ekonomi dan Industri Bulgaria menekankan bahwa sejak 24 Februari 2022 hingga Januari 2023, tidak ada transaksi perdagangan luar negeri dengan perusahaan atau entitas negara Ukraina yang diajukan ke Komisi Kontrol Ekspor. Maka, menurut kementerian itu tidak ada izin ekspor yang dikeluarkan untuk periode tersebut.
Presiden Bulgaria Rumen Radev telah memperingatkan agar tidak meningkatkan bantuan militer ke Ukraina. Dia mengatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan konflik global, pada Januari lalu.
Dia menambahkan, bahwa negaranya tidak boleh mengirimkan senjata karena akan semakin mendukung kelanjutan konflik.
Surat kabar Jerman Welt melaporkan pengiriman amunisi rahasia Bulgaria ke Ukraina, pada pertengahan Januari lalu. Surat kabar itu mengatakan bahwa Bulgaria menyediakan sepertiga dari kebutuhan tentara Ukraina pada tahap awal konflik dengan Rusia.