Bisnis.com, JAKARTA – Prabowo Subianto-Khofifah Indar Parawansa dinilai berpeluang memenangkan Pilpres 2024 jika melawan pasangan Anies Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Andika Perkasa-Sri Mulyani Indrawati.
Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menjelaskan, dalam beberapa simulasi calon presiden (capres) yang dilakukan Indikator, Ganjar Pranowo, Anies, dan Prabowo selalu masuk jajaran tiga besar.
“Apabila nama Ganjar Pranowo kemudian tidak ikut serta dalam kontestasi, nanti tentu Anies dan Prabowo akan terlibat pertarungan sengit,” ujar Bawono kepada Bisnis, Selasa (21/2/2023).
Oleh sebab itu, dia menilai sosok calon wakil presiden (cawapres) untuk Anies dan Prabowo akan jadi penentu. Menurutnya, sosok cawapres harus mampu melengkapi paket yang dibawa Anies dan Prabowo.
Jika nantinya Anies berpasangan dengan AHY dan Prabowo dengan Khofifah, maka Bawono menilai pasangan Prabowo-Khofifah akan memenangkan duel.
“Prabowo dan Khofifah akan saling melengkapi satu sama lain baik dari latar belakang maupun basis massa,” ungkapnya.
Baca Juga
Prabowo, jelasnya, memiliki latar belakang militer dan basis massa kuat di Jawa Barat, Banten, serta sejumlah provinsi di luar Jawa. Sementara Khofifah memiliki latar belakang sebagai salah satu kepala daerah berprestasi dan punya basis pendukung di kalangan perempuan serta juga pemilih muslim tradisional Nahdlatul Ulama (NU).
“Khofifah tentu saja juga bisa melengkapi kekurangan dukungan pemilih bagi Prabowo subianto di Jawa Timur. Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah dua provinsi di Pulau Jawa yang memiliki dukungan rendah terhadap Prabowo di dua pemilu lalu,” jelas Bawono.
Sementara itu, Bawono berpendapat pasangan Andika Perkasa-Sri Mulyani (Srimul) dapat jadi calon alternatif yang menarik. Kedua sosok itu tak punya pengalaman di partai politik. Fakta itu, dapat menjadi dampak positif sekaligus negatif.
Para calon pemilih dapat menganggap Andika-Srimul menarik karena tak memiliki afiliasi partai politik sebelumnya. Meski begitu, itu juga dapat jadi penghalang terbesar mereka maju di Pilpres 2024.
“Kedua figur itu tidak memiliki latar belakang partai politik sehingga aksestabilitas dari partai politik menjadi tantangan terbesar harus dihadapi,” ungkap Bawono.
Oleh sebab itu, dia tak mau berspekulasi terlalu banyak terkait pasangan Andika-Srimul. Dia tak memungkiri bisa saja Andika dicalonkan oleh PDIP mengingat kedekatan Andika dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Namun, Bawono mengatakan semua itu ada di tangan PDIP mengingat mereka masih punya Ganjar dan Puan Maharani.
“Dalam politik itu bisa saja terjadi [PDIP mengusung Andika]. Tetapi apakah memajukan Andika Perkasa merupakan opsi lebih baik daripada memajukan Ganjar atau Puan Maharani? Apakah membuka kemungkinan menang lebih baik?” ucapnya.
Elektabilitas
Untuk elektabilitas, nama Anies-AHY dan Prabowo-Khofifah memang unggul jauh dari Andika-Srimul.
Dari hasil survei Indikator pada Desember 2022, dalam simulasi 34 nama capres, Anies mendapatkan 22,8 persen suara, Prabowo memperoleh 19,5 persen, sedangkan Andika hanya 0,4 persen.
Dalam simulasi 18 nama cawapres, AHY mendapat 12,4 persen suara, Khofifah memperoleh 6,6 persen, sedangkan Srimul hanya 1,3 persen.
Sebagai pembanding, dari hasil survei SMRC pada Desember 2022 dalam simulasi 45 nama capres, Anies (18,6 persen) dan Prabowo (16,8 persen) juga meraih suara yang jauh lebih besar dari Andika (1,6 persen).
Sedangkan AHY menerima 1,1 persen suara, Khofifah memperoleh 0,6 persen, dan Srimul meraih 0,2 persen.