Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pidato Lengkap Jokowi di Acara Mandiri Investment Forum (MIF) Tahun 2023

Presiden Jokowi menyampaikan pidato pada Mandiri Investment Forum (MIF) Tahun 2023 di Senayan, Jakarta Pusat.
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (30/1/2023). Ratas tersebut membahas peningkatan aktivitas perekonomian dan pariwisata pascapencabutan PPKM. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (30/1/2023). Ratas tersebut membahas peningkatan aktivitas perekonomian dan pariwisata pascapencabutan PPKM. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/aww.

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato pada Mandiri Investment Forum (MIF) Tahun 2023 di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat pada Rabu (1/2/2023) pagi.

Dalam acara tersebut, Jokowi mengungkapkan beberapa poin penting terkait kebijakan pemerintah. Salah satunya upaya pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 dan bagaimana cara Indonesia bisa menjadi negara maju, salah satunya dengan maju tak gentar menerapkan industrilialisasi dan hilirisasi komoditas dalam negeri.

Berikut isi pidato lengkap Presiden Jokowi di acara Mandiri Investment Forum (MIF) Tahun 2023:

Assalamulaikum wr.wb,

Bismillahirahmanirahim..

Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua,

Kita ini sering lupa bersyukur, sering lupa. Namun, apabila kita ingat pada 2020, kemudian 2021, setelahnya 2022, wajib hukumnya kita bersyukur, karena kita bisa mengendalikan Covid-19 dengan baik dan akhir 2022 kemarin pada Desember kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sudah dicabut.

Bukan hal yang mudah, saat awal-awal dunia tidak pernah ada yang memiliki pengalaman menghadapi pandemi seperti ini, Negara selain kita juga. Sehingga mau belajar kepada siapa? Tidak ada. Pakemnya seperti apa? Tidak ada, standarnya seperti apa? Tidak ada. Semuanya gugup, turbulensi ekonomi datang dan pertumbuhan [ekonomi] kita jatuh tersungkur.

Bagaimana mengendalikan kesehatan dan ekonomi, pandemi versus ekonomi itu bukan hal yang mudah. Mengurus pandemi saja, tidak pernah tidur kita, tanyakan saja pada tokoh-tokoh [di balik layar] tidak pernah tidur kita ada Pak Airlangga, Pak Luhut, Pak Erick. Untungnya tidak sampai kurus badannya.

Kita bingung mencari yang namanya masker saja kemana harus dicari, apabila hanya 1-2 buah mungkin mudah dicari dan masih bisa tetapi kalau sudah ratusan juta mau ke mana dicari. Kemudian, APD (Alat Pelindung Diri) awal-awal kita bingung mencari APD, karena semua Rumah Sakit membutuhkan APD, di mana? Ketemu? Bingung saat puncak delta semua mencari oksigen, dan semua Negara tidak mau melepas [saling berbagi] oksigen, ventilator, barang-barang yang tak kita mengerti akhirnya sekarang menjadi mengerti. ‘Oh ventilator ini, itu?’ dan yang paling sulit adalah vaksin, di mana semua Negara ingin mendapatkan vaksin yang pertama. Kalau vaksin hanya 1-2 juta mudah, tetapi kita Negara besar ada 280 juta orang yang tersebar di 17.000 pulau, ini bukan hal yang mudah dan sampai hari ini kita telah menyuntikkan 450 juta vaksin kepada masyarakat, jumlah yang termasuk 5 besar dunia.

Bayangkan, kita harus menyuntik masyarakat di atas gunung, menyeberang sungai untuk menyuntikkan masyarakat-masyarakat di pulau-pulau terluar, kami menyuntik 450 juta itu bukan barang yang mudah.

Oleh sebab itu, kita memang harus banyak bersyukur pandemi bisa dikendalikan tanpa lockdown. Itu dulu apabila kita survei satu ruangan ini saat awal pandemi, pasti 90 persen minta lockdown semuanya. Utamanya yang menengah atas, mintanya pasti lockdown, menteri juga sama 80 persen minta lockdown, tetapi kan kita harus menghitung masyarakat lain. Kalau kita lockdown masyarakat kita saat itu tidak akan sampai 3 minggu masyarakat pasti rusuh, karena tabungan mereka, stok mereka, bahan makan mereka tidak bisa lebih dari itu. sehingga meskipun kita gagap-gugup, tetapi saya masih tenang, jernih, dan masih bisa memutuskan dan Alhamdulillah tidak keliru.

Kedua, ingin saya sampaikan sisi ekonomi. Kita ini harus optimis, jangan ada yang pesimis satu orang pun harus optimis, jangan pesimis, karena pada 2022 year-on-year (yoy) perkiraan kita akan mendapatkan 5,2—5,3 persen pertumbuhan ekonomi kita, inflasi masih terkendali di 5,5 persen, dan Purchasing Manufacturing Index (PMI) juga berada di angka ekspansif 50,9.

Kalau melihat angka seperti ini tidak optimis itu keliru, tetapi harus tetap hati-hati dan waspada. Tetap, tadi pagi saya mendapatkan informasi bahwa tekanan global, tekanan ekonomi global terhadap ekonomi kita sudah agak mereka, apa yang dulu kita bayangkan dan kita takutkan itu ternyata banyak yang tidak terjadi. Ini patut kita syukuri, dan juga dari sisi perbankan kredit tumbuh sebesar 11,3 persen pada 2022, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 9 persen, Non performing loan (NPL) gross atau jumlah kredit dengan status kurang lancar, diragukan, maupun macet yang disatukan di angka 2,44 persen. Ini juga patut kita syukuri.

Ini saya masuk [ke ruangan ini] saya tanya ke Pak Dirut Mandiri, kredit tumbuh berapa pada 2022 disebutnya 14,9 persen dan masih bisa tumbuh dan laba di angka Rp41 triliun, kadang-kadang saya memikirkan kok tumbuhnya tinggi banget, jangan-jangan bunganya ketinggian? Namun, apapun harus kita apresiasi Bank Mandiri yang bisa menyalurkan kredit, tumbuh sebesar 14,9 persen dan  keuntungan perusahaan di Rp41 triliun.

Kemudian, investasi pada 2022 kita masih bisa mencapai target yaitu di atas Rp1.200 triliun, tepatnya Rp1.207 triliun dan yang saya senang pertumbuhan itu 53 persen ada di luar Jawa dan 47 persen di dalam Jawa. Ini artinya, sudah tidak Jawasentris lagi, tetapi Indonesiasentris. Sulawesi tumbuh baik, Maluku Utara, Sumatra tumbuh, 53 persen di luar Jawa. Ini sangat baik, karena semua Negara saat ini rebutan investasi.

Kenapa mereka mau berinvestasi, menurut saya ada banyak hal. Pertama, pemerataan infrastruktur tidak hanya di Jawa saja, tetapi juga di luar Jawa, entah itu jalan tol, pelabuhan, airport, jalan Provinsi, meskipun belum selesai, tetapi semua dalam proses. Kemudian, stabilitas sosial, politik, dan keamanan itu kita dianggap baik dan juga fundamental ekonomi kita yang juga dianggap baik sehingga orang mau berinvestasi di Negara kita serta kepemimpinan Indonesia di G20 dan Keketuaan Asean 2023.

Selanjutnya, kontribusi besar pertumbuhan ekonomi kita masih di konsumsi dan kedua di investasi. Oleh sebab itu, investasi betul-betul harus kita jaga, baik dalam ukuran kecil, maupun ukuran besar di korporasi yang masuk ke Indonesia. Saya ingin mengulang lagi bahwa hilirisasi itu menjadi kunci bahwa konsitensi kita di dalam industrilialisasi, hilirisasi menjadi kunci. Jangan hanya senang karena keberhasilan di Nikel.

Nikel memang menjadi sebuah contoh dari yang dulu kita ekspor mentahan US$1,1 juta tetapi pada 2022 perkiraan saya sudah di angka US$30 miliar—US$33 miliar, bayangkan dari kira-kira Rp17 triliun, kemudian melompat menjadi Rp450 triliun, betapa nilai tambah menjadi besar sekali. Sehingga sekali lagi saya sampaikan kepada para Menteri, setiap rapat, jangan tengok kanan-kiri, lurus terus hilirisasi, digugat di WTO terus, kalah tetap terus, karena ini yang akan melompatkan Negara berkembang menjadi Negara maju. Jangan berfikir kita bisa menjadi Negara maju kalau kita takut menghilirkan bahan mentah di Negara kita dan yang paling sulit memang mengintegrasikan dari hilirisasi komoditas yang kita miliki.

Proyeksi dampak hilirisasi Minerba dan Migas itu akan menambah PDB kita sebesar US$699 dan lapangan kerja yang akan terbuka di anga 8,8 juta, sebuah dampak yang sangat besar sekali. Jangan sampai, ini nikel sudah stop, bauksit stop Juni, sebentar lagi saya umumkan tembaga stop tahun ini, karena saya cek smelter di Freeport dan NTB sudah lebih dari 50 persen jadi, Freeport sudah 51 persen jadi, sehingga berani kita stop dan supaya ingat Freeport itu mayoritas milik kita jadi jangan terbayang-bayang lagi itu milik Amerika Serikat (AS) sudah mayoritas kita miliki.

Bauksit, kenapa harus distop juga? Saya berikan contoh saja Indonesia itu eksport bahan mentah bauksit itu nomor 3 di dunia, mentahan yang kita eksport tetapi eksport aluminium kita nomor 33. Jadi, mentahnya nomor 3 kok barang setengah jadi atau barang jadi nomor 33. Apalagi, eksport panel surya itu nomor 31, padahal bahannya ada di sini dan kalau ini bisa kita kerjakan panel surya, itu nilai tambahnya sampai 194 kali, perkaliannya coba nikel sudah 30 kali [kenaikannya], yang ini bisa 194 kali, kenapa tidak berpuluh-puluh tahun tidak dilakukan? Apa yang salah dari kita? Kita terlalu nyaman dengan eksport mentahan karena paling cepat dapat duit dan tidak pusing pikirannya, sudah gali-kirim, tidak mau mikir kita, memang mengindustri itu pusing memang, tetapi nilai tambah besar.

China ekspor ore nya itu nomor 18 tetapi, ekspor panel surya nomor 1 di dunia, terus barangnya dari mana ini, bahan mentahnya dari mana ini, 80 persen lebih dari kita. Hati-hati, karena nanti bauksit setelah kita stop saya tengak-tengok, belum ada yang gugat. Karena dulu-dulu kita takut banget kalau digugat, waktu nikel digugat semua takut, ya kalau digugat siapkan saja lawyer yang baik. Namun, kita kalah dan ya memang kita sudah kalah, tetapi kalau sudah kalah bagaimana ya terus saja hilirisasi, kenapa kalah? Ya, banding. Belum tahu akan menang atau kalah kalau banding, kalau kalah ya terus, [nantinya] barang sudah jadi, industrinya sudah jadi, ekosistem sudah jadi, jangan mundur, kalau mundur sudahlah jangan berharap akan menjadi Negara maju.

Timah, yang ketiga timah, kita ini nomor satu pengeksport tin ore (bijih timah), cadangan kita nomor 2 di dunia, China itu importir nomor untuk bahan mentah timah, kalau kita buat yang namanya komponen-komponen lanjutan nilai tambahnya bisa 69 kali, kenapa tidak buat? Kenapa di eksport? Yang dapat Negara lain lagi. Hati-hati kita harus konsiten terkait dengan hal ini. Meskipun nanti diulang lagi, digugat lagi tidak apa-apa jangan mundur, saya titip agar [isu] ini dikawal. Bank mengawal ini, caranya kalau ada orang mengajukan kredit untuk membuat smelter maka diberikan.

Apalagi, orang kita sendiri jangan dipersulit, sebab untungnya jelas untuk Negara jelas, perusahaan jelas, apa yang harus ditanyakan lagi. Kalau kita nantinya ekosistem besar bisa dibangun nikelnya, diintegrasikan dengan tembaganya, bauksit, dan timahnya, karena berada di pulau yang berbeda-beda dan bisa menghasilkan yang namanya EV baterai, lithium baterai di situ saja, saya tidak tau berapa kali nilai tambah yang akan muncul, kalau bisa masuk lagi ke mobil listrik dan kita menjadi produsen terbesar mobil listrik di dunia, saya tidak tahu lagi berapa nilai tambah akan berapa, karena belum kejadian. Namun, perkiraan saya pada 2027-2028 itu kalau konsisten, maka jadi barang ini.

Jangan takut untuk maju terus dan konsisten mengawal terus sehingga kita harapkan pada 2045, PDB kita perkiraan saya akan berada di angka US$9—US$11 triliun, dan income per kapita kita apabila kita konsisten bisa berada di US$21.000—US$29.000 dan menjadi Negara maju kita, tetapi apabila nanti digugat dan kita mundur dan belok, enak lagi ekspor barang mentah, lupakan kita menjadi Negara Maju.             

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper