Bisnis.com, JAKARTA - China mengklaim telah berhasil melewati puncak gelombang infeksi Covid-19. Otoritas kesehatan China mengatakan bahwa saat ini jumlah kasus harian dan kematian di rumah sakit (RS) akibat Covid-19 turun.
Kendati demikian, pernyataan dari otoritas China itu justru menyukai ktritikan. Direktur Pusat Kesehatan Global di Universitas Oregon Chi Chun-huei mengatakan, keputusan ini seharusnya ditetapkan setelah pemerintah merilis data resmi perkembangan kasus Covid-19.
Menurutnya, banyak dari pejabat lokal yang ternyata membesar-besarkan tingkat infeksi dan kematian yang tidak dilaporkan oleh pemerintah pusat. Hal ini dilakukan agar mereka mendapat insentif.
"Kebanyakan pakar internasional mengetahui hal ini dengan sangat baik, statistik China sangat tidak dapat diandalkan," ujar Chun-huei dilansir dari The Guardian, Jumat (27/1/2023).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mengatakan, jumlah pasien kritis di rumah sakit telah menurun secara drastis hingga lebih dari 70 persen, di mana sebelumnya kasus kritis mencapai puncaknya pada minggu pertama Januari 2023.
Adapun negeri tirai bambu ini mulai menemui lonjakan kasus Covid-19 usai ditariknya kebijakan nol-Covid pada awal Desember 2022. Seorang pejabat kesehatan senior China mengatakan, sebanyak 80 orang telah terinfeksi virus Corona pada gelombang baru ini.
Dia menyampaikan, ada 128.000 pasien Covid-19 yang sakit kritis di rumah sakit pada 5 Januari, jumlah tertinggi yang dicapai selama gelombang kali ini.
"Pada 23 Januari, jumlah total kasus sakit kritis turun 72 persen menjadi sekitar 36.000," ujar seorang pejabat senior China.
Dengan berakhirnya kebijakan nol-Covid pada 7 Desember 2022, pemerintah China kemudian memutuskan untuk mencabut berbagai mitigasi bencana yang diterapkan, seperti pembatasan perjalanan, pengujian massal, hingga karantina wajib.