Bisnis.com, JAKARTA - Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia memberangkatkan 25 peserta pertukaran pemuda dalam dari organisasi atau Institusi Islam ke Jepang dalam program JENESYS 2023.
Japan East Asia Network of Exchange for Students and Youths atau JENESYS adalah program yang mempromosikan pertukaran pemuda di kawasan Asia Timur, meliputi negara-negara Asean, Australia, China, India, Selandia Baru, dan Korea Selatan (Korsel) dengan tujuan memperdalam rasa saling pengertian di antara para remaja yang merupakan generasi penerus yang akan berperan penting di Negara-negara peserta.
Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Tamura Masami berharap bersama program ini bisa semakin meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia-Jepang di segala bidang.
"Program ini bisa mempromosikan hingga akar rumput atau mendorong anggota masyarakat lainnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan, di tengah kondisi global yang tidak pasti," jelas Tamura di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta Pusat, Selasa (24/1/2023).
Tamura menyadari kondisi pandemi Covid-19 masih belum bisa diatasi sepenuhnya dan memungkinkan menimbulkan masalah kemudian hari, maka dengan adanya program JENESYS ini bisa secara perlahan bergerak maju.
"Peserta program ini adalah harapan dari kedua negara untuk masa depan lebih cerah meskipun perlu adanya adaptasi," tuturnya,
Baca Juga
Salah satu adaptasi yang Tamura maksud adalah terkait cuaca dingin yang senang melanda Jepang.
"Peserta akan berangkat malam ini, semoga bisa beradaptasi dengan cepat karena saat ini Jepang sedang menghadapi musim dingin yang mencapai 5 derajat," tuturnya.
Dia menjelaskan gelombang musim dingin ini adalah yang pertama kali selama 10 tahun, "Maka saya mengharapkan semoga bisa kondisinya bisa lebih baik hingga akhirnya bisa menikmati musim semi yang cantik," katanya.
Selain itu, acara pelepasan ini juga turut dihadiri Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama AI Rahmayanti, Wakil Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan menengah PP Muhammadiyah Khoirul Huda, Direktur Utama Istiqlal Global Fund Mulyono Lodji, dan Dosen FISIP UIN Jakarta FAkri Fahrul Faiz.