Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan China akan bekerja sama untuk mencegah lonjakan Covid-19 selama libur Tahun Baru Imlek.
Di China, masyarakat akan memanfaat libur Imlek untuk mudik. Sebelum pandemi Covid-19, Imlek di China menjadi migrasi tahunan terbesar di dunia.
China sendiri sudah mulai melonggarkan pembatasan sosial setelah terjadi protes besar-besaran di kota-kota besar di China.
Meski begitu, WHO mengatakan masih belum memiliki cukup informasi dari China untuk membuat penilaian penuh tentang bahaya lonjakan Covid-19.
"Kami telah bekerja sama dengan rekan-rekan kami di China. Tapi untuk memahami lebih baik, kami membutuhkan data," ujar Abdi Rahman Mahamud, Direktur Departemen Koordinasi Kewaspadaan dan Respons WHO, dikutip dari channelnewsasia.com, Kamis (12/1/2023).
Dia menekankan, isu kurangnya data ini jadi masalah antara kedua pihak dalam bupaya mengurangi risiko penyebaran Covid-19 jelang Tahun Baru Imlek, yang secara resmi berlangsung mulai 21 Januari.
Baca Juga
Pembatasan Perjalanan
China telah menghapus mandat karantina untuk pelancong yang masuk ke negara itu sejak Minggu (8/1/2023). Di sisi lain, lebih dari selusin negara masih menuntut hasil tes Covid-19 negatif bagi orang yang datang dari China.
Di antaranya Korea Selatan dan Jepang, yang membatasi penerbangan dan mewajibkan tes pada saat kedatangan. Penumpang yang dinyatakan positif dikirim ke karantina. Di Korea Selatan, karantina bahkan ditanggung sendiri oleh pelancong.
Akibatnya, kedutaan besar China di Seoul dan Tokyo menangguhkan pemberian visa jangka pendek untuk pelancong ke China. Tak hanya itu, Kementerian Luar Negeri China juga mengecam persyaratan tes Covid-19 sebagai aturan diskriminatif.
Masalah ini mempengaruhi hubungan ekonomi antara tiga negara tetangga itu.
Operator department store Jepang Isetan Mitsukoshi Holdings dan operator supermarket Aeon Co membuka kemungkinan akan memikirkan ulang untuk mengirim personel ke China.
"Kami tidak akan dapat melakukan perjalanan bisnis jangka pendek, tetapi perjalanan seperti itu tetap berkurang selama Covi," kata sumber industri chip Korea Selatan yang menolak disebutkan namanya.