Bisnis.com, SOLO - Nikolai Patrushev, sekretaris dewan keamanan Rusia, membongkar betapa liciknya AS dan Inggris.
Orang penting di Kremlin tersebut juga dengan tegas mengatakan jika sejatinya Rusia tidak sedang berperang melawan Ukraina, namun dengan Washington dan UK.
Dilansir dari Independent, ada sebuah prinsip yang dianut oleh orang-orang bekas Uni Soviet. Salah satunya menyebut jika Rusia tidak boleh membenci Ukraina.
Namun kisah berbeda terjadi saat NATO, AS, dan Inggris mulai ikut campur dan mengusik ketengan negara-negara tersebut. Barat kemudian "memanfaatkan" Ukraina sebagai boneka melawan Kremlin.
"Peristiwa di Ukraina bukanlah bentrokan antara Moskow dan Kyiv. Ini adalah konfrontasi militer antara Rusia dan NATO, dan terutama Amerika Serikat dan Inggris," katanya.
Pernyataan mantan mata-mata Uni Soviet tersebut terdengar cukup masuk akal di telinga.
Sebab selama ini, AS, Inggris dan negara-negara NATO yang terus menerus mengirum persenjataan le Kyiv untuk melawan Rusia.
Selain itu, Ukraina tampak tak pernah mengambil keputusan secara independen. Setiap keputusan yang akan dibuat oleh Zelensky seolah harus mendapat persetujuan dahulu dari Barat.
Misalnya saja saat Rusia meminta gencatan senjata jelang perayaan Natal Ortodoks 7 Januari lalu. Kala AS dan Barat memandang skeptis, Ukraina juga memandang permintaan Putin tersebut dengan penuh curiga.
Laporan menyebut jika Ukraina dan Barat telah bereaksi "sinis" terhadap gencatan senjata 36 jam demi menyambut damai Natal.
"Kami mendapat reaksi sinis dari Kyiv dan sejumlah pemimpin Barat," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan dalam briefing harian