Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol mengatakan bahwa Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) sedang mendiskusikan perencanaan latihan bersama menggunakan aset nuklir AS.
Adapun hal tersebut dilakukan untuk menghadapi ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang belakangan ini semakin meningkat.
Media setempat, Chosun Ilbo menyampaikan ucapan Yoon bahwa perencanaan dan latihan bersama akan ditujukan untuk implementasi yang lebih efektif dari pencegahan AS terhadap serangan Korea Utara.
Hal itu juga berarti bahwa kemampuan militer AS, khususnya kekuatan nuklirnya, agar bisa mencegah serangan Korea Utara terhadap sekutu AS.
"Senjata nuklir milik Amerika Serikat, tetapi perencanaan, pembagian informasi, latihan dan pelatihan harus dilakukan bersama oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat," kata Yoon.
Adapun ungkapan Yoon tersebut muncul sehari setelah media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa Kim Jong-un menyerukan pengembangan rudal balistik antarbenua baru dan persenjataan nuklir yang lebih besar untuk melawan ancaman AS.
Sementara itu, Korea Utara yang berupaya memajukan program nuklir dan misilnya telah menjadi perdebatan tentang persenjataan nuklir bagi Korea Selatan.
Akan tetapi, Yoon mengatakan bahwa mempertahankan Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir tetap penting, seperti dilansir dari CNA, Senin (2/1/2023).
Pada pekan lalu, dalam pertemuan Partai Buruh, Kim Jong-un mengatakan bahwa Korea Selatan kini telah menjadi musuh yang tidak diragukan lagi.
Korea Utara telah meluncurkan tujuan militer baru, mengisyaratkan akan ada satu tahun lagi uji coba dan ketegangan senjata intensif.
Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan telah lama diuji, tetapi sekarang bahkan menjadi lebih tegang sejak Yoon menjabat sebagai presiden sejak Mei lalu.
Pada Minggu (1/1/2023), Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya, dalam uji senjata Malam Tahun Baru, setelah 3 rudal balistik diluncurkan pada Sabtu (31/12/2022).
Adapun komentar Yoon tentang latihan nuklir adalah demonstrasi terbaru dari sikap kerasnya terhadap Korea Utara.
Yoon mendesak militer negaranya untuk mempersiapkan perang dengan kemampuan luar biasa, setelah drone Korea Utara menyeberang ke Selatan pada pekan lalu.
Lebih lanjut, seorang peneliti senior di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, Hong Min mengatakan bahwa ketegangan antar kedua negara tersebut bisa saja menjadi lebih buruk.
"Tahun ini bisa menjadi tahun krisis dengan ketegangan militer di semenanjung Korea melampaui apa yang terjadi pada 2017," katanya.