Bisnis.com, JAKARTA—Grup Lippo menyatakan kesiapannya mendukung penyelenggaraan program beasiswa dan pendanaan lainnya sebesar Rp10 miliar untuk membuka akses pendidikan bagi perempuan muda Afghanistan agar dapat belajar di perguruan tinggi di Indonesia. Program pendanaan ini berlangsung dalam kurun waktu tiga tahun, mulai tahun 2023 hingga 2025.
“Kami siap mendukung dan membangun solidaritas dengan masyarakat Afghanistan. Kami memahami adanya kebutuhan mendesak untuk meningkatkan akses pendidikan bagi perempuan Afghanistan,” kata Direktur Eksekutif Grup Lippo, John Riady, dikutip pada Minggu (11/12/2022).
John mengatakan Grup Lippo akan terus mendukung agenda pembangunan berkelanjutan, baik di Indonesia maupun di negara lain, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan yang diselenggarakan Konferensi Internasional Pendidikan Wanita Afghanistan (ICAWE).
ICAWE, lanjut John, memegang peranan penting untuk menjawab kebutuhan mendesak di bidang pendidikan di Afganistan.
Sebagai salah satu perwakilan sektor swasta yang diundang menjadi bagian dari ICAWE, John berharap dukungan Grup Lippo dapat membuat kemajuan signifikan bagi kehidupan perempuan muda Afghanistan. Disebutkan, program beasiswa akan membekali perempuan Afghanistan dengan pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Afghanistan.
“Program beasiswa akan membantu membangun dan mempererat hubungan Indonesia dan Afghanistan. Kami akan terus berpartisipasi dalam upaya global ini sehingga dapat mendukung pemberdayaan perempuan Afghanistan,” kata John.
Konferensi Internasional Pendidikan Wanita Afghanistan (ICAWE) di bawah kepemimpinan bersama Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi dan Asisten Menteri Luar Negeri Qatar, Lolwah Al-Khater. Konferensi yang digelar di Nusa Dua, Bali, ditutup pada Kamis (8/12/2022).
Pertemuan perdana ini bertujuan untuk menggerakkan dukungan internasional bagi kemajuan hak-hak dan akses pendidikan perempuan Afghanistan.
Berdasarkan data United Nations Women, sekitar 11 juta perempuan Afghanistan membutuhkan bantuan darurat. Penderitaan mereka semakin parah sejak Afghanistan dikuasai kelompok Taliban pada Agustus 2021.