Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan para ibu tentara yang tewas di medan perang pada Jumat (25/11/2022). Dia menyebut, bahwa pasukan tentara yang tewas adalah pahlawan.
"Kami berbagi rasa sakit Anda," kata Putin kepada sekelompok ibu tentara Rusia yang telah berperang - dan beberapa di antaranya telah terbunuh - di Ukraina dilansir BBC, Sabtu (26/11/2022).
"Tidak ada yang bisa menggantikan kehilangan seorang putra,” lanjutnya dalam sambutan pembukaannya.
Beberapa ibu yang hadir adalah anggota gerakan pro-Kremlin.
Kritikus mengatakan mereka dipilih dengan hati-hati untuk pertemuan itu. Di Rusia, penentangan terhadap invasi ke Ukraina semakin meningkat.
Di seluruh negeri, kelompok ibu tentara yang bertugas secara terbuka mengeluh, bahwa putra mereka dikirim ke medan perang dengan kurang terlatih dan tanpa senjata dan pakaian yang memadai, terutama saat musim dingin yang sangat dingin.
Baca Juga
Beberapa juga menuduh militer Rusia secara paksa menjadikan mereka sebagai "umpan meriam", menyusul serangkaian kekalahan besar militer dalam beberapa bulan terakhir.
Sekitar 100.000 tentara Rusia dan 100.000 tentara Ukraina tewas atau terluka sejak perang dimulai pada 24 Februari, menurut jenderal paling senior Amerika Serikat (AS) Mark Milley.
Dalam pengakuan yang langka, Kremlin mengatakan pada bulan September, bahwa kesalahan telah dibuat dalam usahanya untuk memobilisasi tentara cadangan.
Pada pertemuan di kediaman Presiden Rusia, Putin terlihat duduk di meja besar dengan 17 orang ibu. Beberapa dari mereka mengenakan kerudung berwarna gelap - simbol duka cita.
"Saya ingin Anda tahu bahwa saya pribadi, dan semua pimpinan negara, kami berbagi rasa sakit ini," katanya.
Dia memberi tahu seorang ibu bahwa putranya telah "mencapai tujuannya" dan "tidak mati sia-sia".
Putin mengatakan ingin bertemu langsung dengan para ibu untuk mendengar dari mereka secara langsung tentang situasi di lapangan. Dari waktu ke waktu dia berbicara langsung dengan tentara Rusia di medan perang, menggambarkan mereka sebagai "pahlawan".
Presiden juga mengimbau para perempuan untuk tidak mempercayai informasi "palsu" dan "kebohongan" tentang perang yang berkecamuk di TV atau internet.
Meskipun sulit mendapatkan berita yang berimbang tentang situasi di Ukraina di Rusia karena kontrol Kremlin atas media, banyak orang beralih menggunakan jaringan pribadi virtual (VPN) untuk melewati sensor.
Dalam transkrip pertemuan yang dirilis Kremlin beberapa jam kemudian, beberapa perempuan diidentifikasi sebagai bagian dari gerakan pro-Putin.
Para wanita itu berasal dari berbagai bagian Rusia, dengan setidaknya satu dari Republik Rakyat Luhansk yang memproklamirkan diri di Ukraina timur, yang dianeksasi Moskow awal tahun ini.