Bisnis.com, JAKARTA - Gempa Cianjur dengan magnitudo 5,6 telah menyebabkan 162 orang meninggal dunia, dan ratusan lainnya luka-luka.
Hingga saat ini, BMKG mencatat masih ada gempa susulan dengan totalada 118 gempa susulan setelah gempa besar kemarin.
Dalam gempa itu juga terjadi kerusakan bangunan dan sejumlah fasilitas umum.
Kepala Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan bahwa gempa merusak di Cianjur dan Sukabumi itu bukan pertama kalinya terjadi.
Menurut catatan BMKG telah terjadi sebanyak 14 kali gempa merusak di kawasan Cianjur-Sukabumi tersebut.
Sejarah gempa merusak sudah terjadi sejak tahun 1844.
Baca Juga
Namun, berdasarkan catatan BMKG tersebut, baru gempa magnitudo 5,6 kemarin lah yang memakan korban hingga ratusan jiwa.
Gempa kemarin juga paling banyak merusak bangunan di sekitarnya.
Gempa terbesar yang merusak di Cianjur terjadi pada 4 Juni 2012 dengan kekuatan magnitudo 6,1.
Dalam gempa itu, sebanyak 104 rumah rusak. Meski kekuatan gempa lebih besar, namun jumlah korban minim, dibandingkan yang terjadi kemarin, karena kedalaman gempa pada 21 November 2022 lebih dangkal dan berpusat di darat.
Sementara itu, Daryono juga mengungkapkan jika berdasarkan peta seismisitas tahun 2009-2021 tampak bahwa di lokasi epicenter gempa Cianjur kemarin, merupakan area seismik aktif.
Hal itu, menjadikan kawasan tersebut masuk dalam daerah rawan terjadi gempa dengan kedalaman bervariasi.
Adapun gempa yang terjadi kemarin, merupakan jenis gempa kerak dangkal sehingga memiliki gempa susulan yang cukup banyak.
Sehingga, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap adanya gempa susulan tersebut, meskipun sekarang aktivitas sudah meluruh.
Seismik aktif merupakan rambatan energi aktif yang disebabkan lantaran adanya gangguan di dalam kerak bumi.
Seismik aktif di kawasan itu salah satunya disebabkan oleh patahan geser sesar Cimandiri di daerah Cianjur dan sekitarnya sehingga menimbulkan gempa susulan.