Bisnis.com, JAKARTA – Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu (B2P2TOOT) mendorong agar tanaman obat di Indonesia bisa dikenal dunia.
Kepala B2P2TOOT Akhmad Syaikhu menjelaskan dorongan tersebut dilakukan melalui suvenir yang akan dibagikan kepada para delegasi KTT G20 secara gratis.
Dia memerinci suvenir tersebut berupa unique repository of Indonesian plants (URIP) yang terdiri atas Anyang-anyang (Elaeocarpus grandiflorus Sm.), Kecipir (Psophocarpus letragonolobus (L) DC), Kayu Ules (Helicteres Isora L.), dan Jagung jali (Coix lacryma jobi L.).
"Jadi kami mempromosikan tanaman obat di Indonesia melalui kreasi kesenian dalam bentuk suvenir," katanya, dikutip melalui rilis Tim Komunikasi dan Media G20, Kamis, (10/11/2022).
Syaikhu menjelaskan, anyang-anyang secara empiris digunakan sebagai antidiabetes dan disentri. Kecipir dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap banyak infeksi, dan dikenal untuk membantu dalam pencegahan kanker, diabetes, dan asma. Sementara itu, kayu ules secara empiris digunakan sebagai antipiretik dan antioksidan. Kemudian, biji jagung jali membantu menghambat pertumbuhan sel kanker dan meningkatkan fungsi hormonal.
Gelaran G20, tutur Syaikhu, menjadi kesempatan baik bagi Indonesia untuk memperkenalkan tanaman obat dan obat tradisional khas negeri ini. Oleh karenanya, di side event wellness and tourism pada 14 November 2022, lebih dari 50 mitra akan ikut mempromosikan produk berbahan baku tanaman obat tradisional. Mereka adalah pelaku industri obat tradisional, kecantikan dan spa, termasuk organisasi profesi di bidang pengobatan tradisional.
Baca Juga
Arsitektur kesehatan global menjadi salah satu isu prioritas yang diusung Pemerintah Indonesia dalam Presidensi G20 2022. Dua isu utama lainnya adalah transisi energi terbarukan dan berkelanjutan serta isu transformasi digital.
Dalam hal arsitektur kesehatan global, pengembangan dan pemanfaatan tanaman obat dan obat tradisional berjalan seiring dengan program pemerintah. Dan itu menjadi bagian dari ketahanan obat nasional.
"Bahan baku obat di Indonesia ini banyak sekali didatangkan atau diimpor dari luar negeri. Ini juga kurang bagus. Yang bagus adalah kita bisa secara mandiri bisa mempersiapkan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Ya di dalam rangka menghadapi pandemi, kemudian untuk menutupi kebutuhan bangsa dan sebagainya," katanya.
Selain untuk menarik perhatian delegasi G20, dia melanjutkan suvenir ini menjadi cara untuk mengenalkan manfaat tanaman obat yang sudah lama digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat dalam bentuk simplisia, jamu, dan fitofarmaka.
Dikutip melalui data dari laman IPB, Indonesia menjadi rumah bagi 80 persen tanaman obat di dunia. Tercatat ada sekitar 25.000 hingga 30.000 jenis tanaman yang berpotensi menjadi tanaman obat.
Harapannya, tanaman obat dan obat tradisional Indonesia memberikan kontribusi terhadap isu kesehatan global dan mengundang negara lain ikut serta dalam pengembangan tanaman obat dan obat tradisional.
“Sudah banyak yang menanyakan dari India, Arab, Brasil, Korea Selatan, dan sejumlah negara Eropa, menanyakan bagaimana mendapatkan produk tersebut. Ini kan masih bahan ya, jadi ditanyakan produknya apa saja dan lain sebagainya,” pungkas Syaikhu.