Bisnis.com, SOLO - Imbas dari tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022, setidaknya ada sembilan personel Polda Jatim yang dinonaktifkan dari jabatannya. Tapi Kapori tetap didesak memecat Kapolda Jatim, Nico Afinta oleh netizen.
Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan bahwa sembilan personel yang dinonaktifkan oleh Nico menjabat sebagai Komandan Batalyon (Danyon), Komandan Kompi (Danki) dan Komandan Pleton (Danton).
"Sesuai dengan perintah bapak Kapolri. Kapolda Jatim juga sama melakukan penonaktifan jabatan Danyon, Danki dan Danton Brimob sebanyak 9 orang," ujar Dedi di Malang, Jawa Timur, Senin (3/10/2022) malam.
Selain menonaktifkan sembilan personelnya, Dedi juga mengatakan bahwa terdapat 28 personel dari pihak kepolisian yang diduga melakukan pelanggaran etik saat tragedi Kanjuruhan terjadi.
Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidaya juga dinonaktifkan akibat tragedi Kanjuruhan ini.
Akan tetapi, netizen menanggapi pemecatan personel Polda Jatim ini dengan dingin.
Justru, mereka ramai-ramai mendesak agar Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta, dipecat dari jabatannya.
Sebab menurut beberapa netizen, seharusnya Kapolda yang berada di garda depan untuk bertanggungjawab atas kericuhan yang menewaskan ratusan orang di Kanjuruan kemarin.
"Copot Kapolda Jatim," cuit sejumlah netizen di Twitter.
Sebelumnya, Ketua Pengusaha Malang dan perwakilan Aremania juga telah mendesak agar Kapolri memecat Nico Afinta.
Irjen Nico Afinta sebelumnya viral karena membuat pernyataan kontroversial. Ia mengatakan jika penggunaan gas air mata di Kanjuruhan sudah sesuai prosedur.
Padahal sesuai aturan FIFA, gas air mata tidak diperbolehkan digunakan untuk mengamankan massa di sebuah pertandingan.
Ketum PSSI Harus Mundur
Selain itu, Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso mendesak Mochamad Iriawan mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum (Ketum) PSSI.
Sugeng menilai Mochamad Iriawan atau akrab disapa Iwan Bule tersebut harus angkat kaki dari jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawabannya.
Sebab, insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu 1 Oktober 2022 malam WIB itu menjadi peristiwa terburuk di sepakbola nasional.