Bisnis.com, JAKARTA - Petisi setop penggunaan gas air mata oleh Kepolisian untuk mengurai kerusuhan dibuat oleh warganet sebagai respons atas tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Sebuah perkumpulan bernama Blok Politik Pelajar membuat sebuah petisi tersebut dan diunggah di laman Change.org, Senin (3/10/2022). Berdasarkan pantauan Bisnis, sudah ada 12.689 orang yang menandatangani petisi itu sekitar pukul 11.23 WIB dari target 15.000 tanda tangan.
Diketahui, Fédération Internationale de Football Association atau FIFA melarang penggunaan gas air mata di stadion untuk tujuan apapun. Dalam Bab III mengenai pengurus pertandingan (stewards), FIFA menetapkan larangan penggunaan gas air mata dalam pertandingan. Bahkan, gas air mata dilarang untuk dibawa ke stadion.
“Tidak boleh ada senjata api atau gas air mata yang dibawa atau digunakan [no firearms or crowd control gas shall be carried or used],” tertulis dalam poin 19b Bab III FIFA Stadium Safety and Security Regulations, dikutip pada Minggu (2/9/2022).
Selain itu, Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. Agus Dwi Susanto menjelaskan bahwa paparan gas air mata bisa memberikan efek dalam berbagai tingkatan terhadap tubuh seseorang. Efeknya dapat terasa di luar maupun hingga ke pernapasan.
Agus menjelaskan bahwa paparan gas air mata dapat menyebabkan iritasi dari hidung, tenggorokan, sampai dengan saluran napas bawah. Saluran pernafasan bisa terpengaruh oleh paparan gas tersebut.
Baca Juga
“Gejala dari hidung berair, rasa terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, dahak, nyeri dada, sesak napas,” ujar Agus pada Minggu (2/9/2022).
Adapun, tragedi Kanjuruhan bermula saat ratusan suporter Arema merangsek ke lapangan karena kecewa dengan hasil buruk pada pertandingan malam itu melawan rivalnya Persebaya Surabaya. Bentrokan dengan aparat polisi pun tak terhindarkan.
Polisi berusaha mengurai massa dengan menembakkan gas air mata ke beberapa titik, termasuk ke tribun yang masih dipadati suporter. Walhasil, kepanikan terjadi sehingga aksi dorong terjadi menuju pintu keluar stadion. Dikabarkan lebih dari 120 orang meregang nyawa akibat terinjak-injak dan sesak nafas. Tragedi ini pun menjadi catatan kelam sepak bola Indonesia dan dunia.