Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin memuji "posisi seimbang" China dalam perang Ukraina meskipun dia mengakui Beijing memiliki "pertanyaan dan keprihatinan" atas invasi tersebut.
Pengakuan tersebut merupakan pernyataan terselubung dari pandangan mereka yang berbeda atas invasi Rusia ke Ukraina yang masih melakukan serangan militer berkepanjangan.
Putin bertemu dengan pemimpin China Xi Jinping secara langsung untuk pertama kalinya sejak invasi pada pertemuan puncak regional di Uzbekistan, beberapa hari setelah Rusia mengalami serangkaian kemunduran militer besar di Ukraina.
Pasukan Rusia mundur secara massal, kehilangan lebih banyak wilayah dalam seminggu daripada yang mereka rebut dalam lima bulan.
China sejauh ini menolak untuk secara langsung mengutuk serangan Rusia yang tidak beralasan terhadap Ukraina sambil meningkatkan bantuan ekonomi kepada tetangganya itu.
China juga meningkatkan perdagangan bilateral ke tingkat rekor tertinggi dalam membantu sektor usaha Rusia di tengah sanksi Barat.
Baca Juga
"Kami sangat menghargai posisi seimbang dari teman-teman China kami sehubungan dengan krisis Ukraina. Kami memahami pertanyaan dan kekhawatiran Anda dalam hal ini," kata Putin dalam pidato pembukaan pertemuan tersebut sepergti dikutip CNN.com, Jumat (16/9/2022).
Dia mengatakan, bahwa dalam pertemuan itu pihaknya akan menjelaskan secara rinci posisi Rusia meskipun telah dibicarakan sebelumnya.
Xi mengatakan China akan "bekerja dengan Rusia untuk memperluas dukungan timbal balik yang kuat pada isu-isu mengenai kepentingan inti masing-masing" dan "memainkan peran utama dalam membangun stabilitas dan energi positif," menurut catatan pertemuan yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri China. Xi juga menghargai "kepatuhan Rusia pada prinsip satu-China dan menekankan bahwa Taiwan adalah bagian dari China."
Kedua pemimpin otoriter tersebut muncul sebagai mitra dekat dalam beberapa tahun terakhir yang didorong oleh konflik yang berkembang dengan Barat dan ikatan pribadi yang kuat.
China telah menawarkan dukungan diam-diam untuk tindakan Rusia di Ukraina, sementara Moskow mendukung Beijing dan mengkritik Washington atas kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taipei pada bulan Agustus.
Beijing menanggapi perjalanan itu dengan latihan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekitar Taiwan.