Bisnis.com, JAKARTA--Ribuan orang terpaksa mengungsi di Korea Selatan saat Topan Hinnamnor melanda wilayah bagian selatan negara itu pagi ini. Bencana itu menyebabkan badai yang menghancurkan pepohonan dan jalan serta menyebabkan lebih dari 20.000 rumah tanpa aliran listrik.
Seorang pria berusia 25 tahun hilang setelah jatuh ke aliran deras hujan di kota selatan Ulsan, menurut Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Selasa (6/9/2022).
Namun kememterian itu belum memberika rincian laporan terkait banyak korban. Kebakaran dilaporkan terjadi di pabrik baja utama yang dioperasikan oleh POSCO di kota selatan Pohang, tetapi tidak segera jelas apakah kejadian itu disebabkan oleh badai.
Pejabat pemerintah telah membuat negara itu waspada tentang potensi kerusakan akibat banjir, tanah longsor dan gelombang pasang akibat Hinnamnor, yang mereka katakan akan menjadi badai paling kuat yang melanda negara itu dalam beberapa tahun.
Badai itu terjadi hanya beberapa minggu setelah ibu kota Seoul dan daerah sekitarnya dilanda hujan deras yang menyebabkan banjir bandang dan menewaskan sedikitnya 14 orang.
Perdana Menteri Han Duk-soo menyerukan upaya proaktif untuk mengevakuasi penduduk di daerah-daerah yang rentan terhadap banjir. Dia mengatakan bahwa Hinnamnor dapat menjadi "topan yang kuat secara historis yang belum pernah kita alami sebelumnya".
Baca Juga
Badan Cuaca Korea Selatan menyatakan bahwa Hinnamnor, yang membawa hujan lebat dan angin hingga 144 kmh, bergerak ke timur laut menuju laut lepas setelah menghantam pulau resor selatan Jeju dan berlanjut di dekat pelabuhan daratan Busan kemarin.
Badai itu menurunkan curah hujan lebih dari 94 cm di bagian tengah Jeju sejak Minggu, di mana angin pernah mencapai kecepatan maksimum 155 kmh.
Kementerian Keselamatan mengatakan lebih dari 3.400 orang di wilayah selatan terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena masalah keamanan dan para pejabat menyarankan atau memerintahkan 14.000 orang lagi untuk mengungsi. Sedikitnya lima rumah dan bangunan terendam atau hancur dan sejumlah jalan rusak.
Lebih dari 600 sekolah di seluruh negeri juga ditutup atau diubah menjadi kelas online. Sedangkan lebih dari 250 penerbangan dan 70 layanan feri dihentikan. Lebih dari 66.000 kapal nelayan dievakuasi ke pelabuhan.