Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Epidemiolog Sarankan Penderita Cacar Monyet Tidak Isolasi Secara Mandiri

Dia pun menyarankan agar masalah isolasi karantina di kasus-kasus pertama yaitu pada 1—10 kasus awal dapat dibantu secara penuh oleh pemerintah.
Ilustrasi vaksin cacar monyet/Istimewa
Ilustrasi vaksin cacar monyet/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mendorong agar pemerintah dapat menyediakan fasilitas isolasi mandiri untuk penderita cacar monyet (monkeypox) di Indonesia.

Penyebabnya, Dicky menilai fasilitas tersebut diharapkan dapat memonitor virus cacar monyet di Indonesia agar meminimalisir jumlah penyebarannya. Mengingat virus ini dapat menular melalui kontak erat.

“Sebaiknya jangan diisolasi mandiri di rumah, sebab masyarakat belum memahami secara penuh penyakit ini dan penanganan yang baik dalam antisipasinya. Bisa-bisa jika abai virus ini justru kian menyebar lantaran kontak erat dengan keluarga dan tetangga bisa terjadi,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (21/8/2022).

Dia pun menyarankan agar masalah isolasi karantina di kasus-kasus pertama yaitu pada 1—10 kasus awal dapat dibantu secara penuh oleh pemerintah. Salah satunya, dengan isolasi terpusat baik itu di Pemerintah Daerah (Pemda) atau Pusat agar bisa jadi alat monitoring dalam meminimalisir penyebaran.

"Isolasi yang terpantau dapat mengawasi dalam konteks kasus di Indonesia bagaimana karakter gejalanya, bagaimana strategi efektif menyampaikan komunikasi risiko, termasuk literasi pada publik termasuk pada kelompok berisiko," katanya.

Selain itu, dia melanjutkan cacar monyet tetap memiliki potensi mewabah maka dari itu perlu perhatian yang tepat pada kasus-kasus awal seperti ini.

"Potensi mewabahnya tetap ada, itu sulit kita cegah. Namun agar ini tidak menyebar pada populasi umum itu yang harus kita cegah. Dengan cara apa? Yang paling di kasus-kasus awal ini lakukan respons dengan cepat, tepat, kuat. Jadi dengan isolasi karantina, kemudian juga dengan vaksinasi pada kontak erat kurang dari dua minggu," tuturnya.

Dia juga menyoroti agar cacar monyet jangan sampai menyebar pada kelompok berisiko seperti anak-anak dan ibu hamil.

"Jangan sampai menyebar di anak-anak dan ibu hamil, kalau sudah masuk ke situ, sudah agak susah. Sekaligus kita memantau penularan pada hewan-hewan," pungkasnya.

Kendati demikian, Dicky mengatakan cacar monyet memiliki potensi kemungkinan kecil menjadi pandemi sebagaimana Covid-19. Penyebabnya, persoalan pandemi bukan hanya menyangkut wabah besar, tetapi bekal imunitas masyarakat di dunia.

”Setidaknya, 30 persen lebih penduduk dunia ini punya kekebalan terhadap monkeypox, yang ini asalnya dari proteksi proteksi silang dari vaksinasi smallpox itu, nah ini yang menbedakannya dengan Covid-19 sehingga potensi itu mengecil,” katanya

Menurutnya, sejauh ini dunia juga sudah memiliki vaksin guna menangkal cacar monyet, malah sudah ada pula obatnya sehingga cacar monyet merupakan penyakit yang berbeda dengan Covid-19, apalagi cacar monyet sejauh ini sudah merebak di 50 negara di dunia, begitu juga dengan Indonesia.

”Karena perilakunya kelompok beresikonya ada di Indonesia. Jadi, ini perkara kecepatan kita dalam menemukan karena kalau ketemunya sekarang sebetulnya sudah lama dia ada di sini, setidaknya 3 atau 4 minggu lalu dan ini tak usah mengherankan,” ujarnya.

Dia memperkirakan, di Indonesia kemungkinan besar cacar monyet sudah masuk sejak 3-4 minggu lalu meski baru diketemukan baru ini. Di Indonesia juga ada kelompok risiko tinggi terpapar cacar monyet, seperti di komunitas gay, biseksual, dan hubungan seks sejenis.

”Nah ini kan jaringannya [kelompok hubungan sejenis] ada di mana-mana saat ini, mereka juga umumnya orang-orang muda, kita bisa lihat dari karakter atau data distribusi kasus ini mayoritas 90 persen lebih memang di kelompok ini. Indonesia juga kita tahu ada,” tutur Dicky.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper