Bisnis.com, JAKARTA -- Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengimbau agar masyarakat berhati-hati dengan praktik kasus pemalsuan atau pengoplosan galon air mineral isi ulang.
Pengurus Harian YLKI, Eliyani mengatakan, praktik yang sangat merugikan konsumen ini bahkan sudah pernah memakan korban, tetapi karena potensi bisnisnya mudah, murah dan cepat memberi keuntungan besar, maka para pelakunya tampak tidak pernah jera.
Dia menegaskan, penelitian YLKI juga menunjukkan banyak beredar air minum kemasan yang tidak memenuhi standar air minum.
“Betapa bahayanya kalau air mineral yang paling banyak dikonsumsi masyarakat mudah sekali dipalsukan. Tutupnya dijual di mana-mana dan sama persis dengan tutup yang asli, sehingga masyarakat sulit membedakan mana yang asli dan yang palsu. Bisa dibilang keamanan air mineral dalam kemasan seperti ini jadi sangat diragukan,” ujarnya lewat rilisnya, Senin (25/7/2022).
Di Indonesia, disebutkan praktik pengoplosan air minum ini sudah beberapa kali memakan korban pada 2015 dan 2018. Pada 2018, misalnya, air galon palsu membuat seorang korban bernama Andi (15) menderita diare parah dan muntah-muntah hingga dirawat di rumah sakit.
Oleh sebab itu, Eliyani menyarankan kepada konsumen yang ingin memastikan keamanan air mineral yang dibeli untuk memeriksa keadaan kemasan secara fisik, sebab air mineral palsu berwarna agak keruh.
Baca Juga
“Konsumen sebaiknya mengocok air terlebih dahulu. Jika warna berubah setelah dikocok, misalnya terlihat lebih keruh, maka sebaiknya tidak perlu diminum,” katanya.
Selanjutnya, dia memerinci bahwa bau air mineral asli dan palsu juga berbeda. Air mineral asli tidak berbau, sedangkan air mineral terkontaminasi akan menimbulkan bau tidak biasa. Kemudian, air mineral palsu rasanya lebih kesat. Di langit-langit mulut juga akan terasa ada seperti debu-debu yang menempel.
Menurutnya, pemalsuan air minum kemasan sebetulnya bisa dicegah dengan menerapkan teknologi perlindungan kemasan dan menambahkan segel tutup galon atau botol yang sulit ditiru.
“Teknologi yang baik bisa melindungi kandungan air mineral tetap utuh hingga sampai ke tangan konsumen, dilengkapi dengan segel tutup galon keras yang tidak gampang dipalsukan. Dengan demikian, selain kemasannya lebih terproteksi, juga lebih aman dari kontaminasi udara luar serta pemalsuan,” katanya.
Senada, Kapolres Cilegon, AKBP Eko Tjahyo Untoro mengatakan setiap hari para pelaku bisa memproduksi kurang lebih 100 galon atau dalam satu bulan bisa memproduksi 2.500 galon.
“Mereka menjual galon yang sudah ditempel merek dan tutup botol kemasan mereka ternama dengan harga Rp16.000 per galon, padahal modal isi ulangnya cuma Rp5.000—Rp6.000. Jika ditotal, komplotan pengoplos galon ini meraup keuntungan hingga mencapai Rp 28 juta per bulan,” tuturnya
Menurut catatan kepolisian, setidaknya sudah seringkali terjadi penggerebekan komplotan pengoplos air minum isi ulang, beberapa di antaranya antara lain penggerebekan di Bantul (2011), Kota Depok (2016), Tangerang Selatan (2017), Tangerang (2018), Pandeglang (2018), Magetan (2020), dan Cilegon (2022). Ibarat puncak gunung es, komplotan yang masih beroperasi mungkin jumlahnya jauh lebih besar lagi.