Bisnis.com, JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo menyebut saat ini merupakan abad Asia. Hal ini didorong oleh eksistensi negara-negara di Asia yang berkontribusi bagi dunia selain bagi kawasan regional.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Jokowi dalam sambutannya secara daring di acara The Future of Asia Conference pada Jumat, 27 Mei 2022.
"Kita meyakini bahwa abad sekarang ini adalah abad Asia. Asia bukan hanya untuk Asia, tapi Asia untuk dunia, apalagi di tengah dunia yang sedang terbelah," ujar Jokowi, dikutip Sabtu (28/5/2022).
Presiden mengatakan Kawasan Asia perlu terus berperan sebagai katalisator dan mesin bagi stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran global.
Menurut Jokowi, banyak tantangan global yang dihadapi. Upaya pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 masih belum merata, selain itu ancaman gelombang varian baru Covid-19 masih harus diantisipasi.
"Semua ini semakin diperparah kembali oleh terjadinya konflik Rusia-Ukraina yang membawa babak baru dalam konstelasi geopolitis," tuturnya.
Baca Juga
Dia mengatakan politik global mengalami peningkatan ketegangan, rantai pasok perdagangan dunia terganggu, terjadi kelangkaan, kenaikan harga barang, dan kemunduran ekonomi global tidak terhindarkan.
Selain itu pertumbuhan GDP global mengalami penurunan dari 3,8 persen menjadi 2,6 persen pada tahun 2022.
"Setidaknya 38 negara berpenghasilan rendah telah mencapai status berisiko tinggi untuk beban utang luar negeri mereka. Pencapaian SDG's semakin tertunda dan 150 juta penduduk dunia kembali terjerumus ke dalam kemiskinan ekstrem, dan lebih dari 160 juta orang di dunia kembali kelaparan," ujar Jokowi.
Dia menyampaikan meski ekonomi Asia melambung 6,9 persen tahun lalu, pemulihan ekonomi belum terjadi pada kawasan yang luas.
Presiden menyampaikan, Asian Development Bank (ADB) telah memperkirakan GDP Asia akan meningkat menjadi 5,2 persen pada 2022 dan menjadi 5,3 persen pada 2023 dengan kenaikan inflasi 3,7 persen tahun ini dan 3,1 persen pada tahun 2023.
Sementara di kawasan Asean, angka kemiskinan mencapai 4,7 juta jiwa dan lebih dari 9,3 juta jiwa kehilangan pekerjaan.
"Oleh karena itu, kita harus melakukan percepatan pemulihan ekonomi. Perlu investasi di sektor kesehatan nasional. Perlu investasi SDM guna meningkatkan produktivitas dan daya saing. Perlu penguatan fundamental makro ekonomi dan memanfaatkan peluang ekonomi hijau," jelasnya.
Presiden Jokowi menekankan Indonesia akan terus mendukung upaya pemulihan pascapandemi melalui penguatan kerja sama ekonomi di tingkat bilateral, kerja sama dalam kerangka Asean, serta memanfaatkan momentum Presidensi G20 Indonesia sebagai katalisator pemulihan ekonomi global.