Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Korea Utara Kim Jong-un menyebut kinerja pemerintahan negaranya sangat lamban menanggulangi Covid-19 sejak diumumkan kasus pertama pada Kamis (12/5/2022).
Melansir laman Guardian, Rabu (18/5/22), Kim mengatakan negaranya tidak memiliki ‘kematangan’ mengatasi krisis Covid-19.
Akibatnya, ketika Covid-19 menyebar ke seluruh negara, muncul kompleksitas dan kesulitan memerangi pandemi.
Pada hari ini, Korea Utara melaporkan kurang lebih sebanyak 232.880 orang dengan gejala demam, dan kasus meninggal bertambah enam orang seminggu setelah kasus Covid-19 pertama diumumkan.
Korea utara tidak menyebutkan berapa banyak orang yang dinyatakan positif Covid-19.
Di tengah kekhawatiran atas kurangnya vaksin dan infrastruktur medis yang memadai di negara yang terisolasi itu, Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengatakan pejabat kesehatan telah mengembangkan panduan pengobatan Covid-19 yang bertujuan untuk mencegah overdosis obat dan perlakuan buruk lainnya yang telah menyebabkan banyak kematian yang dilaporkan.
Baca Juga
Para ahli telah memperingatkan bahwa wabah Covid-19 yang signifikan dapat memicu krisis kemanusiaan di Korea Utara, ekonomi telah terpukul oleh penutupan perbatasan yang dipaksakan karena pandemi, bencana alam, dan sanksi internasional selama bertahun-tahun.
Korea Utara tidak memvaksinasi penduduknya dan tidak memiliki akses ke obat antivirus yang telah digunakan untuk mengobati Covid-19.
Rumah sakit memiliki sedikit sumber daya perawatan intensif untuk mengobati kasus yang parah, dan kekurangan gizi yang meluas telah membuat populasi 26 juta lebih rentan terhadap penyakit serius.