Bisnis.com, JAKARTA – Penyebab wabah hepatitis akut sampai saat ini belum juga diketahui, namun telah menyebar di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi secara tegas menilai peluang penyakit misterius tersebut untuk menjadi pandemi sangatlah kecil.
Menurut Nadia, kenaikan jumlah kasus hepatitis akut tidak secepat Covid-19. Hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa penyakit tersebut tidak berpeluang menjadi pandemi.
“Kecil kemungkinan menjadi pandemi kalau melihat pertambahan kasus yang tidak secepat Covid-19 dan World Health Organization (WHO) juga menetapkan penyakit ini pada level kewaspadaan saja,” ucap Nadia yang dikonfirmasi Bisnis, Senin (16/5/2022).
WHO sendiri telah mengategorikan hepatitis akut yang menyerang anak-anak di sejumlah negara sebagai disease outbreak news, informasi terkait penyakit yang berpotensi kejadian luar biasa(KLB).
“Disebut sebagai KLB karena hepatitis akut merupakan penyakit yang baru. Definisi KLB itu ditetapkan kalau kemudian ada satu penyakit yang baru ditemukan,” kata Nadia dikutip dari kanal YouTube, Minggu (15/5/2022).
Hingga Selasa (17/5/2022), Kemenkes telah melaporkan 18 kasus hepatitis akut yang tersebar di beberapa daerah Indonesia.
Secara rinci, Direktur Utama RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, dr. Mohammad Syahril menyebutkan terdapat satu kasus bersifat probable, sembilan kasus bersifat pending classification, tujuh kasus bersifat discarded atau disisihkan, dan satu kasus yang berada dalam tahap verifikasi.
Meskipun angka tersebut masih terbilang rendah, Kemenkes melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi meluasnya penyakit hepatitis akut di masyarakat, salah satunya dengan meningkatkan kewaspadaan publik.
“Upaya peningkatan kepedulian publik dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi dan edukasi terkait kejadian ini sejak April yang berkoordinasi dengan seluruh Dinas Kesehatan di Indonesia untuk mensosialisasikan langkah-langkah penanggulangan penyakit ini,” kata Syahril melansir dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, Jumat (13/5/2022).
Pencegahan
Syahril menyarankan masyarakat untuk melakukan langkah pencegahan seperti mencuci tangan dengan sabun, memasak makanan dan minuman hingga matang, menggunakan alat makan yang bersih, menghindari kontak dengan orang sakit, memakasi masker, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.
Selain itu, Direktur Utama RSPI Prof Dr Sulianti Saroso, mengimbau masyarakat untuk merujuk anak-anak yang bergejala mengarah ke penyakit hepatitis akut ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.
“Kita tidak boleh menunda sampai ada gejala-gejala yang berat. Jangan menunggu sampai mata atau kulit kuning, sampai tidak sadarkan diri dan kejang-kejang, tapi mulai dari gejala awal seperti mual, muntah, diare. Harus segera ditangani agar tidak berlanjut ke gejala yang lebih berat,” ucapnya.