Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Hari Ini: Sri Sultan Hamengkubuwana II Lahir pada 7 Maret 1750

Sri Sultan Hamengkubuwono II dilahirkan pada 7 Maret 1750 dan diangkat menjadi pewaris tahta pada 1798.
Sri Sultan Hamengkubuwono II
Sri Sultan Hamengkubuwono II

Diasingkan Belanda

Diasingkan

Sifat keras Sri Sultan Hamengku Buwono II terhadap bangsa Belanda mengakibatkan dirinya berada di situasi yang sulit.

Di bawah pimpinan Letnan Gubernur Inggris, Thomas Stamford Raffles, Keraton Yogyakarta diserang oleh prajurit Sepoy asal India pada tanggal 20 Juni 1812.

Kepemimpinan Sultan HB II akhirnya kalah hingga keraton diduduki dan harta benda termasuk ribuan karya sastra Jawa dijarah.

Sultan HB II ditangkap dan kemudian diasingkan ke Pulau Pinang hingga tahun 1815.

Kembalinya Sri Sultan Hamengku Buwono II dari pengasingan ke Pulau Jawa pada tahun 1815 tidak lama.

Setelah penyerahan kembali jajahan Belanda oleh Inggris pada tanggal 9 Agustus 1816, Belanda segera membahas posisi Sri Sultan Hamengku Buwono II yang dianggap sebagai ancaman besar.

Kemudian pada 10 Januari 1817, Sri Sultan Hamengku Buwono II dibuang ke Ambon.

Posisi Sri Sultan Hamengku Buwono II yang kemudian disebut sebagai Sultan Sepuh, dipahami oleh Belanda bahwa selain menjadi ancaman juga bisa menjadi penengah karena didengarkan oleh semua kalangan bangsawan istana.

Maka diputuskan untuk memulangkan kembali Sri Sultan Hamengku Buwono II ke Yogyakarta dan mengangkat kembali sebagai sultan untuk yang ketiga kalinya pada tanggal 20 September 1826.

Meninggal dunia

Pada periode kepemimpinannya yang ketiga, kesehatan Sultan HB II menurun drastis.

Pada tanggal 3 Januari 1828, Sri Sultan Hamengku Buwono II dinyatakan meninggal dunia.

Peninggalan Sri Sultan HB II

Sri Sultan Hamengku Buwono II meninggalkan karya-karya monumental untuk masyarakat Yogyakarta.

Dalam pemerintahannya, ia membentuk korps/satuan keprajuritan yang dilengkapi dengan perlengkapan dan persenjataan yang lebih baik.

Kemudian adanya pembangunan benteng baluwarti yang dilengkapi meriam untuk melindungi keraton dari serangan luar.

Di bidang sastra, beliau mewariskan karya-karya heroik yang berbau pertahanan dan militer, seperti: Babad Nitik Ngayogya dan Babad Mangkubumi. Dua karya babad ini menceritakan perjuangan berdirinya Keraton Yogyakarta.

Selain itu ada juga karya sastra yang bersifat fiksi di antaranya Serat Baron Sekender dan Serat Suryaraja.

Selain itu, beliau juga memerintahkan untuk membuat berbagai bentuk wayang kulit dengan watak perang dan menggubah wayang orang dengan lakon Jayapusaka.

Tokoh utama dalam lakon tersebut adalah Bima yang begitu tepat menggambarkan watak jujur, keras dan juga tegas dari Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Sebelumnya
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper